Bahasa Indonesia Bukan Bahasa Melayu
Oleh: Nia Samsihono*)
Semarangsekarang.com – Sudah ditetapkan bahwa bahasa Indonesia resmi menjadi salah satu bahasa yang digunakan secara resmi dalam sidang The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco), namun keputusan tersebut memicu reaksi dari Malaysia. Konon warga Malaysia ramai memberikan komentarnya, seharusnya yang diresmikan adalah bahasa Melayu, sebab yang digunakan Indonesia sendiri adalah bahasa Melayu (dimuat di detikEdu, detik.com oleh Nikita Rosa, 28 Desember 2023, 15:30)
Bahasa, sebagai alat komunikasi, telah memainkan peran sentral dalam membentuk dan memperdalam hubungan antarindividu, kelompok, dan bangsa di seluruh dunia. Keberagaman bahasa mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah masyarakat, sementara penggunaannya sebagai alat komunikasi membuka pintu untuk pemahaman lintas batas. Salah satu keunikan bahasa adalah kemampuannya untuk merangkum ekspresi budaya. Setiap kata dan frase membawa makna yang lebih dalam, merefleksikan nilai, kepercayaan, dan tradisi suatu masyarakat. Saat berbagai bahasa bersatu dalam dialog global, mereka membentuk sebuah melodi harmonis yang menggambarkan kekayaan kemanusiaan.
Dalam proses ini, bahasa bertindak sebagai jembatan untuk memahami persamaan dan perbedaan di antara kita dalam kehidupan. Namun, tantangan muncul ketika bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi dominan dalam lingkup global. Bahasa-bahasa mayoritas sering mendominasi di dunia bisnis, teknologi, dan politik. Akibatnya, bahasa-bahasa minoritas atau lokal dapat terpinggirkan, membawa dampak pada keberagaman budaya dan keadilan sosial. Sebagai masyarakat global, kita perlu memahami bahwa bahasa bukan hanya sarana komunikasi tetapi juga cerminan nilai dan identitas. Bahasa yang digunakan secara internasional memiliki peran yang sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi antara berbagai komunitas, budaya, dan negara di seluruh dunia.
Beberapa bahasa telah menjadi dominan dalam konteks internasional, baik dalam dunia bisnis, politik, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya populer, yaitu bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencakup enam bahasa: Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, Arab, dan Tionghoa. Bahasa-bahasa ini dipilih untuk mencerminkan keragaman dan distribusi kekuatan di tingkat global.
Dalam lingkup UNESCO, bahasa yang digunakan tidak terbatas hanya pada Bahasa Inggris. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) merupakan organisasi internasional yang didirikan oleh PBB untuk mempromosikan kerja sama internasional di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Di UNESCO, penggunaan bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Arab, Rusia, dan Tionghoa sangat umum.
Pemilihan bahasa-bahasa ini mencerminkan keberagaman dan representasi dari negara-negara anggota UNESCO. Penting untuk dicatat bahwa UNESCO menghargai multibahasa sebagai sarana untuk memastikan bahwa informasi dan kebijakan dapat diakses oleh sebanyak mungkin negara dan komunitas di seluruh dunia. Dengan menggunakan berbagai bahasa, UNESCO berusaha menciptakan inklusivitas dan partisipasi yang lebih besar dalam upaya-upaya globalnya. Penggunaan bahasa-bahasa ini mencerminkan semangat kerja sama dan keadilan dalam mempromosikan nilai-nilai pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan di seluruh dunia. Inilah salah satu cara di mana UNESCO menciptakan ruang untuk berbagai budaya dan bahasa berinteraksi demi mencapai tujuan bersama untuk pembangunan berkelanjutan dan perdamaian dunia.
Pengakuan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi di UNESCO adalah pencapaian yang patut dibanggakan. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia diakui sebagai salah satu aset budaya dan linguistik yang bernilai secara internasional. Pemilihan bahasa Indonesia oleh UNESCO memberikan penghormatan terhadap kekayaan bahasa dan keanekaragaman budaya Indonesia. Keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di UNESCO memberikan dampak positif dalam beberapa hal. Pertama, ini dapat memperkuat identitas bangsa Indonesia di tingkat global. Dengan diakui sebagai bahasa resmi di organisasi dunia seperti UNESCO, bahasa Indonesia menjadi semakin dikenal dan dihargai oleh masyarakat internasional. Kedua, pengakuan ini dapat membuka peluang lebih besar bagi penyebaran dan pengembangan budaya Indonesia. Bahasa adalah salah satu aspek utama dalam menyampaikan nilai-nilai budaya, sastra, dan pengetahuan. Dengan diakui di tingkat internasional, bahasa Indonesia dapat menjadi jembatan untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.
Selain itu, pengakuan ini juga dapat meningkatkan peran Indonesia dalam kerja sama internasional di berbagai bidang, termasuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Unesco menuai kontroversi. Sebagian masyarakat Malaysia menganggap bahasa Indonesia itu bahasa Melayu. Kita semua mengetahui bahwa bahasa Melayu di negara Indonesia merupakan salah satu bahasa daerah yang menjadi kekayaan budaya.
Bahasa Melayu sebagai bahasa daerah di Riau, Kepulauan Riau, sebagian Sumatera, Pontianak, Ambon, dan daerah lainnya. Salah satu keunikan bahasa Melayu di Indonesia terletak pada campur aduk budaya yang tercermin dalam kosa kata, aksen, dan ekspresi bahasa. Bahasa ini telah menjadi medium komunikasi antar-etnis, mempromosikan integrasi budaya, dan menciptakan identitas lokal yang kuat. Di samping itu, bahasa Melayu juga memainkan peran penting dalam ekspresi seni tradisional, sastra, dan musik di beberapa daerah di Indonesia. Namun demikian, sebagai langkah spekulatif, jika Malaysia memprotes bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi UNESCO, beberapa argumen yang mungkin dapat diutarakan, yaitu Malaysia, seperti banyak negara lain, mungkin merasa bahwa pengakuan resmi terhadap bahasa Indonesia oleh UNESCO dapat merusak atau mengancam identitas nasional mereka. Hal ini mungkin berkaitan dengan upaya untuk mempertahankan keberagaman budaya dan bahasa di Malaysia.
Mungkin juga Malaysia menganggap bahwa kebijakan UNESCO tidak memadai dalam mencerminkan keberagaman linguistik dan budaya di Asia Tenggara. Mereka mungkin berpendapat bahwa keputusan tersebut tidak memperhitungkan dengan baik kepentingan dan kontribusi bahasa-bahasa dari berbagai negara di wilayah tersebut. Atau, mungkin ada kekhawatiran Malaysia bahwa pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi UNESCO dapat memperkuat pengaruh budaya Indonesia di tingkat internasional, yang mungkin dianggap sebagai ancaman oleh pihak-pihak yang ingin menjaga keunikan budaya dan identitas Malaysia.
Bahasa Indonesia bukanlah bagian dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia muncul sebagai hasil dari proyek nasionalisme Indonesia pada awal abad ke-20. Pembentukannya dimulai dengan Kongres Bahasa Indonesia pertama pada tahun 1928, yaitu menciptakan bahasa persatuan yang dapat menggantikan bahasa Belanda sebagai alat komunikasi nasional.
Bahasa Indonesia mengalami pemurnian dan standarisasi yang intensif di bawah pengaruh tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Soeharto. Tujuan utamanya adalah menciptakan bahasa yang bersifat netral dan dapat diterima oleh berbagai suku dan kelompok di Indonesia. Meskipun memiliki akar yang sama, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu telah mengalami perkembangan kosakata/vokabulari dan tata bahasa yang berbeda. Sejumlah kata dan ungkapan dalam bahasa Indonesia berasal dari berbagai bahasa daerah di Indonesia dan juga serapan dari bahasa asing. Jelaslah bahwa bahasa Indonesia bukan bahasa Melayu. (SS)
*)Nia Samsihono adalah Ketua Umum Satupena DKI Jakarta