Generasi Z dalam Pilkada Serentak 2024


Oleh: Gunoto Saparie*)

Semarangsekarang.com – Menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada 27 November 2024 mendatang, bagaimanakah peranan generasi Z? Generasi Z merupakan salah satu kelompok pemilih yang patut diperhitungkan pada pilkada mendatang.

Para calon kepala daerah, baik pada pemilihan gubernur-wakil gubernur maupun pemilihan bupati-wakil bupati dan pemilihan walikota-wakil walikota, tidak dapat meremehkan keberadaan generasi Z. Di Jawa Tengah akan ada even pemilihan gubernur-wakil gubernur. Selain itu juga ada pemilihan bupati-wakil bupati serta walikota-wakil walikota di 35 kabupaten/kota.

Tentu saja generasi Z sangat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perolehan suara kandidat pada pilkada. Jumlah generasi Z sekitar 40 persen dari total penduduk Indonesia. Bahkan di Jawa Tengah jumlah generasi milenial dan generasi Z sangat dominan. Generasi muda, karena itu, akan memberikan suara terbanyak pada pilkada serentak 2024. Dalam kaitan inilah, maka para kandidat kepala daerah harus menyesuaikan diri dengan generasi Z yang hidup di era informasi, di mana segala sesuatu dilakukan melalui internet dan media sosial.

Ada satu penelitian yang menunjukkan bagaimana generasi milenial dan generasi Z sangat peduli terhadap isu-isu seperti korupsi, lingkungan hidup, dan kesejahteraan.

Bagi sebagian generasi Z, pilkada serentak 2024 merupakan hal baru. Oleh karena itu, para kandidat kepala daerah, politisi, dan tim suksesnya, perlu memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan informasi, menyampaikan pendapat, dan mendorong partisipasi pemilih, serta menggunakan dan aktif di media sosial. Apalagi generasi Z terkesan apatis terhadap pemilu, bahkan pengetahuan dan wawasan mereka tentang politik masih kurang.

Generasi Z lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka adalah orang-orang yang tumbuh dewasa di era teknologi informasi yang pesat, di mana internet dan media sosial menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.

Generasi Z tumbuh di era digital yang maju dan terhubung secara global. Mereka terbiasa dengan teknologi canggih dan mengandalkan internet sebagai sumber informasi utama. Mereka tumbuh dengan akses mudah ke informasi dan teknologi, yang memungkinkan mereka untuk memiliki pengetahuan yang lebih luas dan kemampuan dalam beradaptasi dengan perubahan yang cepat.

Mengacu pada pendapat Bruce Tulgan, generasi Z memiliki karakteristik yang unik sekaligus membedakan dengan generasi milenial dan generasi X. Generasi Z sangat melek teknologi, kreatif, dapat menerima perbedaan, peduli terhadap sesama makhluk hidup, dan senang berekspresi.

Akan tetapi, demikian, generasi Z sangat mudah mengeluh, memiliki kecemasan tinggi, dan mudah stres. Karakteristik tersebut mengakibatkan generasi Z menghadapi tantangan berupa ketergantungan terhadap teknologi yang dapat memengaruhi kesehatan mental, proses berpikir menjadi serba instan, dan karakter minim daya juang.

Populix, sebuah lembaga riset dan penyedia data, beberapa waktu lalu meluncurkan studi yang menyimpulkan bahwa generasi Z mengharapkan pemimpin netral, sedangkan milenial cenderung pragmatis pada Pemilu 2024. Generasi Z, sebagai pemilih pertama, membawa harapan tinggi terhadap pemimpin yang netral dan prorakyat.

Meskipun demikian, generasi Z tetap berupaya secara antusias mengenali dan memahami visi misi kandidat kepala daerah dengan memanfaatkan teknologi melalui media sosial. Oleh karena itu, Komisi Pemilihan Umum, kandidat kepala daerah, politisi, dan tim sukses, perlu melakukan terobosan dan inovasi dalam upaya menggaet atau menarik perhatian generasi Z. (SS)

*)Gunoto Saparie adalah Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah dan Satupena Jawa Tengah

Berita Terkait

Top