Membaca Antologi Kemanusiaan Palestina Satupena
Oleh: Dad Murniah*)
Semarangsekarang.com – Sebuah buku menarik diluncurkan bersamaan dengan acara penyerahan Satupena Award 2023 di Al-Jazeera Resto, Cipinang, Jakarta, Rabu, 20 Desember 2023. Buku itu berjudul “Perang Pecah Lagi di Gaza”–Antologi Kemanusiaan Palestina Satupena.
Buku setebal 282 halaman yang disunting oleh Akmal Nasery Basral ini memuat 89 karya (puisi, cerita pendek, dan esai) dari 74 penulis anggota Satupena seluruh Indonesia. Kata pengantar ditulis oleh Ketua Umum Satupena Pusat Denny JA.
Denny mengawali pengantarnya dengan puisi tentang Palestina, entah karya siapa:
“Aku warga Palestina
aku tak lahir untuk membenci
tapi kamu membunuh ibuku
kamu perkosa kakak perempuanku
maka aku makan dagingmu”
Puisi yang menggetarkan itu, menurut Denny, pertama kali didengarnya di sebuah kanal televisi 10 tahun lalu dan begitu kuat mengendap di batin. Denny merasakan sebuah ekspresi perlawanan atas kezaliman dan kekerasan yang dialami sebuah bangsa: Palestina.
Denny mencatat, serangan Israel terhadap Hamas telah menewaskan 18 ribu orang, melukai 50 ribu orang, dan menciptakan krisis kemanusiaan berkepanjangan.
Terusiknya rasa keadilan atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini bukan hanya wilayah emosi para politisi, atau sikap pragmatis para aktivis idealis. Para anggota Satupena yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, bahkan hingga ke Bonn, Jerman, ikut merasakan kepedihan itu.
Pentingkah buku antologi tentang Palestina bagi kehidupan umat manusia? Bagi Denny, pertanyaan yang mendahuluinya adalah, apakah Anda, kita semua terusik dengan drama kemanusiaan sampai level ekstrem yang sedang terjadi di Gaza? Jika jawabannya “ya“, maka karya-karya dalam antologi ini akan beresonansi dengan sisi termulia kemanusiaan kita semua.
Buku ini memuat puisi-puisi Achmad Subchan Darussalam bin Umar, Ade Solihat, Akaha Taufan Aminuddin, Akmal, Anwar Putra Bayu, Arlin Hart, Berthold Damshauser, Bussairi D. Nyak Diwa, Dad Murniah, D. Kemalawati, dan Edi S Febri. Selain itu juga puisi-puisi Effendi Kadarisman, Eka Budianta, Eko Windarto, Fakhrunnas MA Jabbar, Fanny J Poyk, FS Anggreni, Gus Nas, Hamri Manoppo, Husin Sutanto, Ibrahim Gibra, Idamoerid Darmanto, I Ketut Surajaya, dan Isbedy Stiawan ZS.
Ada pula puisi-puisi Junaidi Bantasyam, Karel Saragih, Linda Djalil, Mang Ridwan, Masya Firdaus, Muhammad Subarkah, Muhammad Thobroni, Mulyadi J Malik, Nur Mutakin, dan Nurfala Ghomi Sari. Di samping itu juga puisi-puisi Prijono Tjiptoherijanto, Ramli Djafar, Roso Titi Sarkoro, Roy Dabut, Sam Mukhtar Chaniago, Selsa Diyandra, Tirta Nursari, dan Wannodri Samry.
Buku ini juga memuat sejumlah puisi esai karya Delia Rawanita, Denny JA, Idamoerid Darmanto, Isbedy Stiawan ZS, Jonminofri Nazir, Monica Anggi JR, Rita Orbaningrum, dan Yudha Kurniawan. Di samping itu juga ada sejumlah cerita pendek karya Dwi Sutarjantono, Erwin Tamoran, Pipiet Senja, Safari, Sugito Hadisastro, Swary Utami Dewi, dan Yusrizal Karana.
Selain tulisan-tulisan kategori fiksi, ada pula sejumlah opini atau esai karya Abustan, Ahmadie Thaha, Akaha Taufan Aminudin, Akhlis Nur Fuadi, Akmal Nasery Basral, Aprinus Salam, Asvi Warman Adam, Berthold Damshauser, Budi Utomo, Dad Murniah, Gunoto Saparie, Jean Couteau, Jonminofri Nazir, Nasir Tamara, Oka Setiawan, Rusdian Lubis, Rusdin Tompo, Satrio Arismunandar, Shafwan Hadi Umry, Smith Alhadar, Sunano, Wahjudi Djaja, dan Wawan Susetya.
Proses penyusunan, penyuntingan, pengatakan, dan pencetakan buku ini tentu bukan hal mudah. Apalagi menurut sang editor, buku ini hanya disiapkan dalam waktu kurang lebih sebulan. Semula ada 103 penulis, namun karena ada proses seleksi yang ketat tinggal 74 penulis. Namun, tak pelak, meskipun tidak sepenuhnya sempurna, buku ini ikut memperkaya khazanah pustaka tentang Palestina. Membaca buku ini, selain kita mendapatkan informasi tentang Perang Gaza, masalah Palestina dan Israel, juga memperkaya batin dan intelektualitas kita. Semoga bermanfaat. (SS)
*)Dad Murniah, sering menulis dengan nama pena Nia Samsihono, adalah Ketua Umum Satupena DKI Jakarta