Membaca dan Menulis, Terapi Positif untuk Mengatasi Gangguan Jiwa Remaja
Oleh: Dad Murniah*)
Semarangsekarang.com – Remaja Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan yang berdampak negatif pada mental mereka. Hal ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada. Sebanyak 2,45 juta remaja pada tahun 2020 di Indonesia didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Kemudian, sepanjang tahun 2021, para peneliti mengumpulkan data dari wawancara yang dilakukan pada 5000-an remaja Indonesia usia 10-17 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Indikasi remaja terkena gangguan mental, yaitu sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Edisi Kelima (DSM-5). Jenis gangguan jiwa remaja yang terdeteksi, yaitu gangguan kecemasan sebesar, gangguan depresi mayor, dan gangguan perilaku. Para remaja yang dicurigai terkena gangguan jiwa tersebut tidak mencari bantuan profesional yang berkaitan dengan masalah mental ke berbagai fasilitas Kesehatan mental atau jiwa. Pada penelitian itu diungkapkan, hanya 2,6 persen remaja dengan masalah kesehatan mental yang mengakses layanan kesehatan jiwa.
Salah satu penyebab utama gangguan jiwa pada remaja Indonesia, selain Covid 19 adalah tekanan akademis yang tinggi. Sistem pendidikan yang kompetitif dan ekspektasi tinggi dari keluarga dapat menciptakan beban yang berlebihan bagi remaja.
Tuntutan untuk meraih prestasi akademis yang tinggi dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Teknologi memberikan akses cepat dan luas terhadap informasi, tetapi juga dapat menghadirkan tekanan baru, seperti cyberbullying dan ekspektasi sosial yang tidak realistis melalui media sosial. Situasi tersebut menyebabkan konflik internal dan merugikan kesejahteraan mental remaja.
Stigma terhadap kesehatan mental masih menjadi masalah serius di masyarakat Indonesia. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang gangguan jiwa dapat menghambat remaja untuk mencari bantuan. Rasa malu atau takut dianggap lemah juga bisa menjadi penghalang bagi mereka untuk mencari dukungan ketika mengalami masalah mental. Kita semua memahami bahwa masa remaja merupakan fase ketidakstabilan emosional yang normal, tetapi beberapa remaja mungkin mengalami kesulitan menangani perubahan ini. Faktor hormon, identitas diri, dan tekanan dari lingkungan sekitar dapat memicu gangguan jiwa jika tidak dikelola dengan baik.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang macam gangguan jiwa juga menjadi hal yang sangat penting untuk segera diatasi. Kesenjangan dalam akses pelayanan kesehatan mental di Indonesia disebabkan oleh sosialisasi yang kurang kepada masyarakat tentang pentingnya memerhatikan kesehatan jiwa keluarga dan lingkungannya.
Beberapa daerah mungkin kurang memiliki fasilitas dan profesional kesehatan mental yang memadai, sehingga remaja dan orang tuanya sulit untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Oleh karena itu, pendidikan tentang kesehatan mental harus ditingkatkan, stigma dihilangkan, dan akses terhadap pelayanan kesehatan mental diperluas.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah melalui kegiatan untuk para remaja yaitu membaca dan menulis. Kedua aktivitas ini tidak hanya berperan dalam pengembangan literasi, tetapi juga dapat berfungsi sebagai terapi positif yang mendukung kesehatan mental remaja. Kegiatan membaca akan membuka pintu wawasan dan pengetahuan ke dunia baru dan juga menyediakan tempat pelarian dari tekanan. Melalui buku, remaja dapat menjelajahi berbagai cerita, pengalaman, dan ide-ide yang mungkin tidak mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan membaca juga dapat meningkatkan empati, membantu remaja memahami perasaan dan perspektif orang lain, serta memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri.
Kegiatan membaca juga harus diimbangi dengan kegiatan menulis. Kegiatan ini perlu adanya kerja sama untuk dilakukan oleh berbagai pihak Kesemuanya itu untuk menjaga keadaan jiwa para remaja. Aktivitas menulis merupakan kegiatan yang dapat menjadi sebuah ekspresi diri.
Cara yang efektif untuk menyampaikan perasaan dan pemikiran yaitu dengan menulis. Remaja dapat mengekspresikan diri mereka tanpa batasan, memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang identitas dan nilai-nilai pribadi dengan menulis. Ia dapat mencurahkan seluruh rasa yang ada di dalam hatinya atau pikiran yang tidak dapat diungkapkan selama itu. Jurnalisme pribadi atau blog pribadi dapat menjadi outlet untuk meresapi dan merenungkan pengalaman hidup, membantu remaja mengatasi konflik internal, serta mengurangi tingkat stres dan kecemasan.
Apa yang dilakukan remaja dengan menulis dan membaca tersebut dapat meningkatkan keterampilam kognitif, seperti pemecahan masalah, analisis, dan pemikiran kritis. Ini membantu remaja menghadapi masalah dengan lebih baik dan mengembangkan strategi penyelesaian yang lebih baik. Keterampilan ini juga membantu memperkuat daya tahan mental, mempersiapkan remaja untuk menghadapi tantangan hidup dengan sikap positif dan optimis. Kegiatan ini, tentu saja, dapat menjadi aktivitas sosial, membuka pintu untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
Bergabung dengan klub buku atau komunitas menulis dapat memberikan remaja kesempatan untuk membangun hubungan sosial yang positif. Dukungan dari sesama anggota komunitas dapat menjadi faktor penting dalam proses penyembuhan dan mengatasi gangguan jiwa.
Aktivitas membaca dan menulis bukan hanya kegiatan hobi atau akademis, tetapi juga merupakan alat yang kuat untuk mengatasi gangguan jiwa pada remaja Indonesia. Dengan membuka diri terhadap dunia literasi, remaja dapat menemukan cara untuk menghadapi stres dan tekanan dengan cara yang konstruktif. Inisiatif pelaku pendidikan dan dukungan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mendorong remaja menjadikan aktivitas membaca dan menulis sebagai bagian integral dari upaya mereka untuk mencapai kesehatan mental yang optimal. Setidaknya, para pemangku kepentingan akan bersinergi untuk menyelamatkan remaja kita dari gangguan jiwa. Mari kita lakukan kegiatan yang berkaitan membaca dan menulis bagi remaja. (SS)
Dra Dad Murniah MHum biasa memakai nama pena Nia Samsihono, kini Ketua Umum Satupena DKI Jakarta*)