Membaca Rakyat Indonesia Melalui Cerpen-Cerpen Nadjib Kertapati Z: Sang Pengabdi
Oleh: Nia Samsihono
Semarangsekarang.com (Artikel) – Cerita pendek atau cerpen adalah bentuk sastra yang memungkinkan penulis untuk menggambarkan kehidupan dan karakter masyarakat dalam potongan-potongan kecil. Salah satu penulis cerpen Indonesia yang menonjol adalah Nadjib Kartapati Z. Melalui karya-karyanya, Nadjib Kartapati mampu menghadirkan gambaran mendalam tentang rakyat Indonesia.
Dalam cerpen-cerpennya, sastrawan Jakarta asal Pati itu berhasil merangkum keberagaman budaya, agama, dan nilai-nilai sosial yang ada di Indonesia. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi bagaimana Nadjib Kartapati menggambarkan rakyat Indonesia melalui cerpen-cerpennya.
Nadjib Kartapati adalah seorang penulis cerpen cukup terkenal. Namanya dikenal luas di kalangan pembaca cerpen di Indonesia. Ia dikenal karena gaya penulisannya yang kreatif dan cerdas dalam menghadirkan cerita-cerita yang menginspirasi dan menghibur pembacanya.
Karya-karya Nadjib Kartapati seringkali mengangkat tema-tema kehidupan sehari-hari, dilema manusia, dan perjuangan hidup. Gaya bahasanya yang lugas dan penuh emosi membuat pembaca dapat merasakan setiap nuansa yang dihadirkan dalam ceritanya. Ia juga ahli dalam membangun karakter-karakter yang kompleks dan mendalam, sehingga pembaca merasa terhubung dengan cerita dan tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut.
Salah satu ciri khas dari karya-karya Nadjib Kartapati adalah kemampuannya dalam menyampaikan pesan moral melalui cerita-ceritanya. Ia mampu menggambarkan nilai-nilai kehidupan, persahabatan, cinta, dan kejujuran dengan sangat baik, sehingga pembaca tidak hanya terhibur, tetapi juga mendapatkan pelajaran berharga dari setiap cerita yang ditulisnya.
Selain itu, Nadjib Kartapati juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Ia terus menghasilkan karya-karya cerpen yang berkualitas dan terus memperkaya dunia sastra Indonesia dengan ide-ide segar dan inovatifnya. Ia juga mengajak masyarakat untuk menulis dengan mengadakan berbagai pelatihan penulisan secara gratis, entah itu cerpen atau pun skenario. Karyanya telah menginspirasi banyak penulis di Indonesia untuk mengembangkan bakat menulis mereka.
Diskusi
Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Provinsi DKI Jakarta, pada hari Kamis 26 Oktober 2023 di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, telah mengadakan diskusi buku karya Nadjib Kartapati. Para penulis yang hadir begitu antusias berdiskusi tentang karya-karya cerpen Nadjib Kartapati yang terangkum dalam buku Sang Pengabdi yang ditulis tahun 2002.
Hadir pada kesempatan itu Anis Sholeh Ba’asyin menyampaikan pikiran-pikirannya setelah membaca kumpulan cerpen tersebut. Dikaitkan dengan pengarangnya, cerpen-cerpen dalam buku Sang Pengabdi sangat menggambarkan pemikiran-pemikiran dari sosok Nadjib Kartapati yang mengangkat permasalahan masyarakat yang sederhana dan mengena di hati pembacanya. Cerita dalam cerpen itu sangat mudah dicerna dan para tokoh mempunyai ruh yang seakan begitu dekat dengan kehidupan pembaca karena yang diangkat di dalam hampir seluruh cerita di kumpulan cerpen itu tentang hal-hal yang sering terjadi di kehidupan masyarakat.
Nadjib Kertapati menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia dengan sangat autentik. Cerpen-cerpenya mengisahkan keseharian masyarakat dari berbagai lapisan sosial, mulai dari petani di desa hingga pekerja kantoran di kota besar. Ia menggambarkan perjuangan, kebahagiaan, dan kesulitan yang dihadapi oleh rakyat Indonesia, sehingga pembaca dapat merasa terhubung dengan cerita-cerita tersebut.
Misalnya, cerita pendek tentang perbalahan Mira dan suaminya Steven berkaitan dengan seorang pengemis. Si pengemis tersebut telah melakukan penipuan dengan sengaja, yaitu dengan mengeksploitasi rasa iba pihak lain demi menangguk keuntungan. Tapi, jangan lupa, bila jalanan sebagai panggung bagi ‘drama’ tersebut kita proyeksikan ke wilayah yang lebih luas: sosial, ekonomi, politik misalnya; bukankah adegan semacam itu pulalah yang setiap saat hampir selalu kita peragakan, tentu saja dengan terus berganti-ganti peran: kadang sebagai Mira, kadang sebagai Steven, dan lebih sering lagi sebagai pengemisnya. Demikian Anis Sholeh Ba’asyin mengungkapkan pemikirannya. Mira, seorang perempuan Indonesia, terlibat perdebatan dengan kekasihnya, Steven, yang berasal dari Amerika.
Pangkalnya adalah kehadiran seorang pengemis yang, dalam perjalanan Mira mengantar Steven ke kantornya, selalu mereka temui di satu lampu merah. Mira adalah orang yang kuat nalar emosionalnya, sehingga gampang berempati pada penderitaan si pengemis. Sementara Steven adalah orang yang kuat nalar rasionalnya, sehingga selalu mengkritik empati yang ditunjukkan Mira dengan memberi uang si pengemis. Baginya tindakan tersebut bukanlah solusi. Perdebatan terus berulang, sampai suatu ketika secara kebetulan mereka melihat wajah lain si pengemis.
Saat mereka temui di lampu merah, tampilan si pengemis terkesan memprihatinkan: berpakaian lusuh, menggendong tangan kirinya yang tampak seperti bekas luka berdarah, dan membalut kakinya dengan kain, seolah ada borok di sana. Kini mereka melihat tampilan yang berbeda: orang yang sehat, berpakaian rapi, dan dengan santai sedang melenggang masuk ke rumah makan. Kejadian ini segera mengubah empati Mira menjadi antipati. Tapi tidak demikian dengan Steven. Dia yang selama ini selalu cerewet mengkritik Mira; kini justru bertindak sebaliknya: memberi pengemis tersebut uang yang tidak sedikit. Alasannya: pengemis tersebut sedang bertindak profesional sebagai aktor, dan karena itu harus diapresiasi.
Pembicara berikutnya, yaitu Laily Lanisy. Dia mengatakan bahwa cerpen-cerpen Hadjib Kartapati itu seakan bercerita tentang dirinya. Banyak kesamaan peristiwa dan nama tempat yang diketahuinya. Laily menyatakan bahwa dunia dalam cerpen Nadjib berlatar masyarakat kebanyakan. Cerita kecil dapat menjadi sebuah cerpen bagi Nadjib dan selalu menarik untuk dibaca. Salah satu nilai penting yang diusung oleh Nadjib Kartapati dalam cerpen-cerpenya adalah toleransi antaragama.
Ia menunjukkan bagaimana rakyat Indonesia dari berbagai agama hidup berdampingan dengan damai. Melalui konflik-konflik kecil dan penyelesaiannya yang penuh pengertian, Nadjib Kertapati mengajarkan kepada pembaca pentingnya menghormati keberagaman agama yang ada di Indonesia.
Nadjib Kartapati tidak hanya menggambarkan keindahan kehidupan rakyat Indonesia, tetapi juga mencerminkan tantangan dan perubahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam beberapa cerpennya, ia mengkritik ketidakadilan sosial, korupsi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh rakyat. Namun, ia juga menunjukkan optimisme melalui karakter-karakternya yang gigih berjuang untuk perubahan yang lebih baik. Semua itu diceritakan secara satire. Cerpen-cerpen Nadjib Kertapati juga seringkali menekankan nilai kebersamaan dan solidaritas. Ia menggambarkan bagaimana rakyat Indonesia bersatu untuk mengatasi masalah bersama. Melalui ceritanya, Nadjib Kertapati mengajarkan kepada pembaca pentingnya saling membantu dan mendukung sesama dalam menghadapi kesulitan.
Dalam menggambarkan rakyat Indonesia di cerpen-cerpennya, Nadjib Kertapati tidak hanya menciptakan kisah-kisah yang menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial yang mendalam. Ia membangun jembatan empati antara pembaca dan karakter-karakternya, sehingga pembaca dapat merasakan kehidupan dan perjuangan rakyat Indonesia dengan lebih dalam. Dengan demikian, melalui karyanya, Nadjib Kertapati tidak hanya menciptakan cerita-cerita yang menghibur, tetapi juga mengajarkan kepada pembaca tentang keberagaman, toleransi, kebersamaan, dan perubahan yang penting dalam membentuk identitas rakyat Indonesia. (SS)
*Nia Samsihono adalah Ketua Umum Satupena DKI Jakarta