Menyingkirkan Realitas Pahit : Pelarian Dalam Lari
Nia Samsihono, adalah Ketua Umum Satu pena DKI Jakarta
semarangsekarang.com Hidup adalah perjalanan yang tak terduga, dengan pemandangan yang beragam. Namun, tidak selalu kita menemukan kebahagiaan atau kenyamanan di sepanjang jalan. Terkadang, hidup memperkenalkan kita pada kenyataan yang menyakitkan, dan untuk sebagian dari kita, lari menjadi tempat perlindungan. Lari bukan hanya tentang meninggalkan tempat fisik, tetapi juga tentang melarikan diri dari realitas pahit yang mungkin sulit untuk dihadapi.
Mengapa Kita Melarikan Diri?
Setiap orang membutuhkan apa yang disebut sebagai kesejahteraan mental. Saat seseorang dihadapkan pada tekanan emosional, stres, atau ketidakpastian, alam bawah sadar orang itu mungkin merespons dengan dorongan untuk melarikan diri dari situasi yang menyakitkan tersebut. Terkadang, realisasi akan kegagalan, kekecewaan, atau kesalahpahaman dapat membuat kita merasa terjebak dalam lingkaran kegelapan. Melarikan diri memberikan kesempatan untuk menghindari penilaian diri yang keras dan menempatkan diri dalam suasana yang lebih ‘aman’. Beberapa orang menghadapi masalah nyata dalam kehidupan yang terasa terlalu menakutkan. Mereka memilih untuk lari sebagai cara untuk menghindari konfrontasi langsung dengan kenyataan tersebut.
Pelarian dalam Lari
Ada yang beranggapan, berlari secara harfiah bisa menjadi pelarian. Ketika kakimu bergerak, pikiranmu dapat fokus pada alam sekitar dan melupakan sementara beban emosional yang ada. Seseorang dapat menjadi apa pun yang mereka inginkan di dunia maya dengan permainan video, buku, atau film. Saat itu lah seseorang dapat melarikan diri dari kehidupan nyata dan menikmati dunia imajinasi yang lebih menyenangkan. Selain itu pelarian dari hal yang menyakitkan yaitu dengan melakukan kegiatan kreatif seperti menulis, melukis, atau menciptakan music. Pelarian ini dapat menjadi hal yang bermanfaat. Ini bukan hanya pelarian, tetapi juga cara untuk menyampaikan dan memproses emosi yang menyakitkan.
Dampak Pelarian dalam Lari
Meskipun pelarian dapat memberikan sejenak kesenangan atau ketenangan, dampak jangka panjangnya sering kali merugikan. Sikap mencegah diri dari menghadapi kenyataan hanya akan memperpanjang penderitaan. Ketika kita menghindari kenyataan, kita juga menghindari kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu. Bergantung pada pelarian sebagai sumber kenyamanan dapat menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan dan menciptakan ketergantungan yang merugikan. Perbuatan melarikan diri membuat seseorang merasa terisolasi secara sosial karena mereka menciptakan jarak antara diri mereka dan orang lain. Oleh karena itu, meskipun menghadapi kenyataan yang menyakitkan bisa menakutkan, itu juga merupakan langkah pertama menuju kesembuhan dan pertumbuhan. Inilah saatnya untuk mencari dukungan dari orang-orang yang peduli, mulai dari teman dekat hingga profesional kesehatan mental. Dengan menghadapi kenyataan, kita membebaskan diri dari belenggu pelarian dan membuka pintu untuk kesempatan baru dan pertumbuhan yang tak terduga.
Menulis: Lari yang Bermanfaat
Pada akhirnya, lari dari kenyataan hidup yang menyakitkan mungkin tampak sebagai solusi yang menggoda, tetapi itu hanya memberikan penghiburan sementara. Jika kita mau, kita bisa menemukan kekuatan untuk menghadapi kenyataan dengan penuh keberanian dan ketekunan. Di sinilah, dalam menghadapi realitas yang pahit, kita menemukan kesempatan untuk menyembuhkan diri dan berkembang menjadi versi terbaik dari diri kita. Atau, cobalah menulis! Kegiatan menulis merupakan langkah yang sangat bermanfaat dalam menghadapi dan mengatasi perasaan yang menyakitkan hati. Ketika seseorang mengalami situasi yang menyebabkan rasa sakit emosional, menulis bisa menjadi salah satu cara untuk meredakan beban tersebut.
Pertama-tama, menulis memungkinkan seseorang untuk mengungkapkan perasaannya dengan jujur dan tanpa hambatan. Ketika seseorang menuliskan apa yang mereka rasakan, mereka dapat mengeksplorasi dan mengurai kompleksitas emosi yang mungkin sulit diungkapkan secara lisan. Proses ini membantu individu untuk memahami lebih dalam tentang apa yang mereka alami, sehingga mereka dapat mulai mengatasi dan memproses perasaan tersebut. Selain itu, menulis juga dapat berfungsi sebagai bentuk terapi. Ketika seseorang menuliskan pengalaman mereka, itu adalah cara untuk melepaskan tekanan emosional yang mungkin telah terakumulasi. Aktivitas menulis ini memungkinkan seseorang untuk merasa lebih lega dan lebih ringan setelahnya, karena mereka telah berhasil mengekspresikan apa yang mereka rasakan.
Selain manfaat langsung bagi kesejahteraan emosional, menulis juga dapat membantu seseorang untuk memperoleh wawasan baru tentang diri mereka sendiri dan situasi yang mereka alami. Ketika seseorang melihat kembali apa yang telah mereka tulis, mereka dapat mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pola pikir dan pola perilaku mereka sendiri. Ini bisa menjadi langkah awal yang penting dalam proses pemulihan dan pertumbuhan pribadi.
Jadi, secara keseluruhan, menulis memang merupakan langkah yang sangat baik untuk melarikan diri dari hal-hal yang menyakitkan hati. Namun, lebih dari sekadar pelarian, menulis adalah alat yang kuat untuk memahami, mengatasi, dan akhirnya menumbuhkan pengalaman-pengalaman yang menantang.
Jakarta, 20 Maret 2024