
- Pembunuhan dan Curanmor di WilkumJepara Terungkap
- Sarang Walet Andalan Ekspor dari Semarang
- Genjot Ekspor, Jateng Maksimalkan Produk Herbal
- Hendi-Ita Ditetapkan Pimpin Kota Semarang Lagi
- Wali Kota Laporkan SPT Tahunan Lewat Gawai
- Wali Kota Ajak Warganya Tak Takut Vaksin
- Ini Alasan Listyo Sigit Hapus Tilang
- Forkopimda Salatiga Simulasi Vaksin Covid-19
- Puan Berharap Biden Perkuat Penanganan Covid-19
- Mengajar Itu Bukan Semata Mencari Uang
Asal Ikhlas, Kesulitan Apapun Akan Berakhir Indah
Dini Sukmawati Str Keb
Berita Terkait
- Doni: Bencana Alam Bukan Hukuman Tuhan0
- Tren Kopi Lagi Booming. Kopi Muria Turut di Promosikan0
- Ada Tabuhan Rebana Sebelum Misa Natal0
- Bamsoet: Penyalahgunaan Senjata Api Tidak Boleh Dibiarkan0
- Waspadai Hujan Lebat Sepekan ke Depan0
- Bamsoet Berharap Kuota Haji Indonesia Bisa 250 Ribu0
- Gojek Hibahkan 3 Golf Car untuk Wisata Kota Lama0
- Eks Resosialisasi GBL Pertanyakan Pemberian Tali Asih0
- MPR Arab Saudi Dukung MPR RI Bentuk Forum Syuro Sedunia0
- Posko Nataru Jateng Siap Respon Cepat Kendala di Lapangan0
Berita Populer
- Ayo ke Kebun Jambu Kristal Cepoko Gunungpati
- Sumur di Tutup Cor, Tiba-Tiba Meledak
- Berwisata Sawah di Kampung Wisata Sawah Mijen
- Taman Sayur, Wisata Alternatif di Limbangan Kendal
- Dari Hobi Menyanyi Ingin Menjadi Profesi
- Pemanah Muda dari Wonosobo
- Kisah Sedih Dibalik Sukses Ratu Panggung
- Di Liga 1 PSIS Belum Ber-homebase di Jatidiri
- Unperba Purbalingga Buka 4 Fakultas 12 Progdi
- Penerbad Bakal Butuh Banyak Pilot

Keterangan Gambar : Dini Sukmawati (baju khaki) saat bersama mahasiswi praktek
Semarangsekarang.com - Menjadi guru merupakan cita-cita yang ingin diraihnya sejak kecil. Tetapi, ibarat pepatah bunga layu sebelum berkembang, keinginan tersebut tak pernah menjadi kenyataan. Demi menuruti saran ayahnya, Dini Sukmawati Str. Keb merelakan diri mengubur impiannya menjadi guru. Ia membelokkan arah keinginannya, dan menerima menjadi bidan, seperti saran sang ayah. Berkat saran, itulah istri dari Adi Surya Hadikusuma, ini bisa merasakan nikmatnya memberi manfaat bagi orang lain. Bukan hanya satu atau dua orang saja, tetapi puluhan atau malah ratusan orang, telah dia tolong, khususnya wanita hamil dan kaum perempuan.
Kini, perempuan kelahiran Pekalongan, 28 November 1978, tersebut makin mantap menjalankan profesinya sebagai bidan di Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Tiap hari, pintu hati dan tangan halusnya terbuka untuk memberi pertolongan kepada mereka yang membutuhkan. Bukan hanya berbentuk bantuan tindakan kebidanan, tetapi juga saran dan pelajaran tentang kesehatan.
"Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Dalam kesibukan saya, sesekali saya juga dimintai menyampaikan pelajaran atau makalah-makalah menyangkut kesehatan, laiknya guru seperti yang ernah saya cita-citakan. Meski tidak secara langsung menjadi guru, tetapi ada kalanya saya memberikan pelajaran, karena itu saya bersyukur bisa menjadi bidan seperti sekarang," kata Dini kepada semarangsekarang.com, beberapa waktu lalu.
Sejak tahun 1997
Karier Dini sebagai Bidan dimulai pada 1997, selepas pendidikan D1 PPB Depkes RI Pekalongan. Saat itu ia ditempatkan di Puskesmas Desa Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Pada era tahun 1997, jalanan di Petung masih rusak, listrik dari PLN pun belum masuk ke sana. Kalau malam, penduduk desa mengandalkan listri dari kincir air, sehingga sangat terbatas. Sedangkan Dini yang tinggal di rumah dinas menggunakan lampu minyak.
Saat itu, di Kecamatan Petung masih ada beberapa desa terpencil yang hanya bisa dijangkau melalui jalan setapak. Alhasil, saat berkunjung ke Pos Yandu, Dini terpaksa berjalan kaki, berangkat selesai subuh, dan baru kembali saat hari menginjak petang.
Kondisi tersebut akan terasa semakin sulit, jika ada pasien yang harus dirujuk ke rumah sakit pada malam hari. Pasti kebayang, betaoa beratnya melakukan evakuasi dimalam hari, melalaui jalan setapak yang tidak disinari cahaya lampu. Tetapi begitulah pengalaman yang sempat ditemukan putri bungsu tiga bersaudara pasangan Subroto Suryosasmito dan Djaziroh, sewaktu dinas di Kecamatan Petung.
"Pernah diundang menolong seorang ibu yang mau melahirkan. Saat tiba di tempat, si pasien ternyata sudah dua hari dibantu dukun bayi melakukan proses persalinan tapi belum berhasil, karena posisi bayinya tidak benar. Setelah bersusah payah dirujuk di rumah sakit, hanya sang ibu yang bisa diselamatkan, sementara bayinya meninggal,” kata Dini penuh haru.
Menurut Dini, terlalu banyak kenangan yang sudah dilalui selama bertugas di Petung. Rata-rata, tantangan alam dan minimnya fasilitas infrastruktur, menjadikan tugas tenaga kesehatan seperti dirinya, menjadi semakin berat. Namun, keramahan dan ketulusan orang-orang disana, membuat rasa Lelah setelah menolong, itu bisa terobati. Apalagi, hamper semua orang yang pernah dibantunya, selalu memberi makanan, maupun sekedar oleh-oleh.
“Sebuah kerukunan dan gotong yang, saat ini hampir sulit bisa ditemukan di kota-kota besar. Semoga saja, bidan-bidan muda yang ditugaskan didaerah terpencil bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Apapun kesulitannya, kalau itu dilakukan dengan ikhlas, pasti akan terasa indah diakhirnyan,” kata Dini menambahkan. (m budiono-SS)
