Pengusaha Tetap Optimis Industri Jamu Terus Eksis


Peserta Rakerda Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dan Musda Himastra Himpunan Apoteker Seminar Obat Tradisional Jawa Tengah, Rabu (24/05/2023) berfoto bersama usai acara. (foto: istimewa)

Semarangsekarang.com – Para pengusaha jamu dan obat tradisional tetap optimis eksistensi dari jamu dan obat tradisional tetap bisa bertahan dan masih dibutuhkan oleh masyarakat di tengah gempuran obat-obatan impor maupun adanya ancaman resesi global.

Hal ini disampaikan Stephanus Handoyo saat menjadi pembicara dalam diskusi dan dialog Rakerda Gabungan Pengusaha Jamu dan Musda Himastra Himpunan Apoteker Seminar Obat Tradisional Jawa Tengah di Hotel Candi Indah, Rabu (24/05/2023).

Menurut Handoyo, peluang jamu tradisional masih sangat di butuhkan oleh masyarakat di Indonesia karena di dukung oleh sumber alam yang berlimpah dan bahan baku yang murah.

“Jamu sebagai warisan budaya perlu di lestarikan dan di kembangkan sebagai ciri khas kebudayaan dari Indonesia, sehingga kami mengusulkan agar jamu ini kepada Unesco untuk menjadikan jamu menjadi kebudayaan asli Indonesia” kata Handoyo.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin menilai Pemanfaatan obat herbal ini, untuk terus dikembangkan. Menurutnya dalam pengembangannya, perlu ada kerja sama diantara para stakeholder.
Seperti halnya dengan dokter, kampus yang memiliki jurusan ilmu kedokteran, apoteker dan BPOM.

“Ini perlu kita dorong untuk bekerja sama antar IAI Himastra yang memiliki concern terhadap jamu-jamu tradisional nasional, perlu juga didatangi juga saat ini, pengusaha-pengusaha jamu tradisional, ini harus sering-sering berkomunikasi juga BPOM,” papar Taj Yasin seusai membuka acara Rakerda.

Yasin juga berharap kerjasama antar stakeholder di bidang kesehatan itu, diperlukan agar produsen jamu memproduksi jamu yang teruji klinis dan aman dikonsumsi.
”Penggunaan jamu dan obat herbal Indonesia saat tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri,” ungkap Wagub Jateng tersebut.

Bahkan ia juga menceritakan pengalamannya ketika dirinya umroh, selalu ada warga Arab Saudi yang meminta obat herbal cair dan minyak angin.

“Ketika saya umroh, ketika saya membawa seperti contoh tolak angin, freshcare, itu pasti biasanya orang-orang Saudi dengan bahasa Arab bertanya ‘Pak boleh ndak saya minta itu?’ untuk dikonsumsi mereka. Artinya mereka sudah mengakui itu, bahwa itu memiliki khasiat yang tertentu,” cerita Taj Yasin.

Di beberapa negara, jamu bahkan sudah dijadikan sistem kesehatan nasional. Contohnya di Cina dan Jepang. Disinilah pengakuan dari masyarakat internasional itu, perlu direspon cepat oleh Indonesia. Apalagi Indonesia adalah gudangnya rempah-rempah.

“Harusnya ini diadopsi juga di negara kita. Apalagi kita tahu bahwa sejak sebelum kita merdeka, ada jalur-jalur rempah artinya jalur-jalur kesehatan yang tumbuh di negara kita, yang dibutuhkan oleh negara-negara maju maupun berkembang. Sampai saat ini juga jamu ini menjadi kekuatan tersendiri (terutama) ketika era covid 19,” pungkasnya. (umardani-SS)

Berita Terkait

Top