Berbahasa dan Beretika di Postingan Medsos Ala Gus Wahid United
Koordinator Pegiat Pariwisata Kota Semarang Gus Wahid United saat memaparkan persoalan sebelum postingan dilepas di media sosial sebagai nara sumber pelatihan pemasaran digital di hotel Dafam, Semarang. (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com – Penggunaan media sosial (medsos) yang massive belakangan ini wajib diikuti dengan pemilihan bahasa dan etika yang benar.
Pasalnya, tidak jarang pengguna media sosial tidak mampu mengoptimalkan bahasa dan etika saat bermedsos.
Hal itu disampaikan Koordinator Pegiat Pariwisata Kota Semarang gus Wahid United saat menjadi narasumber pelatihan pemasaran digital oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang di Hotel Dafam Semarang, Senin (22/05/2023) lalu.
Menurutnya pemilihan gaya bahasa dilandasi dari lima bahasa media sosial dan sesuai kegunaannya, dari bahasa formal hingga bahasa yang trending.
“Ada jenis bahasa dalam media sosial dan kegunaannya, dari bahasa formal, informal, campuran, frasa, indiom, dam trending,” ujarnya.
Dengan penggunaan gaya bahasa yang tepat, bukan tidak mungkin para netizen akan tertarik dan kemudian melakukan transaksi bisnis dengan pengelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
“Karenanya, pemilihan gaya bahasanya harus benar-benar tepat. Apakah formal atau informal atau cukup dengan gaya bahaya yang trendi mengikuti selera pasar,” gus Wahid yang juga pengurus Badan Promosi Pariwisata Kota Semarang (BP2KS) ini.
Tidak hanya penggunaan bahasa yang dapat berpengaruh, etika bermedia sosial juga harus diperhatikan.
Etika ini menjadi aturan main tidak tertulis yang disepakati bersama oleh para pengguna media sosial.
Salah satunya adalah dari penggunaan bahasa yang baik, menghindari SARA, pornografi dan aksi kekerasan.
“Etika bermedia juga diperhatikan, sebelum menginformasikan lewat medsos, diperlukan kroscek, apakah informasi itu benar atau tidak, yang terpenting jangan mengumbar informasi pribadi,” bebernya.
Dirinya menambahkan, etika bermedia harus ditanamkan pada diri manusia, sehingga timbul rasa bertanggung jawab dan bijak dalam menggunakan media sosial.
“Apabila seseorang menggunakan medsosnya dengan menerapkan etika yang baik, maka beragam informasi yang disajikannya juga akan bernilai baik,” pesannya.
Pelatihan diakhiri dengan simulasi pembacaan gaya bahasa dan etika medsos dari masing-masing Pokdarwis sebagai pengelola desa wisata di Kota Semarang.
Termasuk pula penggunaan bahasa dan etika medsos saat berpromosi wisata. (subagyo-SS)