Komitmen Penyair dalam Moderasi Beragama Patut Diapresiasi
Ketua FKUB Jateng Taslim Syahlan (tengah) sedang memaparkan pendapatnya dalam Diskusi Buku Antologi Puisi Moderasi Beragama. Sebelah kiri moderator Fitri Astuti Lestari dan narasumber lain Mohammad Agung Ridlo. (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com – Komitmen para penyair dalam memasyarakatkan moderasi beragama patut diapresiasi. Hal itu terlihat dari puisi-puisi para penyair yang terhimpun dalam buku antologi puisi moderasi beragama berjudul “Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna”.
Demikian kesimpulan yang bisa ditarik dari Diskusi Buku Antologi Puisi “Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna” di Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, Jalan Sriwijaya 29A, Semarang, Minggu, 8 Oktober 2023. Sebagai narasumber Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah Drs. Taslim Syahlan MSi dan Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah Dr Ir Mohammad Agung Ridlo MT. Sedangkan moderator Sekretaris 1 Satupena Jawa Tengah Fitri Astuti Lestari SS MHum.
Sebelumnya tampil membaca puisi-puisi moderasi beragama Yusri Yusuf, Imam Subagyo, Didiet Jeepee, dan Andoyo Sulyantoro.
Taslim Syahlan mengatakan, ada empat indikator moderasi beragama tercermin dalam puisi-puisi di buku antologi ini. Empat indikator itu adalah komitmen kebangsaan, toleransi, antikekerasan, dan akomodatif terhadap kearifan lokal.
“Dari indikator-indikator tersebut kita dapat mengerti seberapa kuat moderasi beragama mengilhami para penyair dalam puisi-puisi mereka”, ujar dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang ini.
Menurut Taslim, komitmen kebangsaan dan toleransi dominan dalam puisi-puisi mereka. Hal ini mungkin karena komitmen kebangsaan merupakan indikator sangat penting bagi para penyair. Begitu juga toleransi, yang memberikan ruang dan tidak mengganggu hak orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat, meskipun hal itu berbeda dengan apa yang kita yakini.
Mohammad Agung Ridlo menyebutkan, buku antologi puisi moderasi beragama ini adalah wadah bagi para penulis, sastrawan, budayawan dalam berinteraksi, beraksi, menyampaikan perasaan dan berkepercayaan.
Untaian puisi
Buku ini menjadi unik karena mengajak pembaca untuk cermat menelusuri, mengenali berbagai problema moderasi beragama dan konflik yang terjadi di mana terungkap dalam untaian-untaian puisi. Berbagai karya puisi tersuguh dengan sangat indah dan sungguh sangat menarik, diungkapkan dari berbagai sudut dengan berbagai warna.
Mohammad Agung melihat, puisi-puisi yang terdapat dalam buku ini terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, puisi-puisi inklusif.
Kedua, puisi-puisi dengan diksi keberagaman. Ketiga, puisi-puisi yang disampaikan dengan diksi ungkapan hati dan renungan diri.
“Buku antologi puisi ini adalah salah satu instrumen untuk menggaungkan spirit toleransi di tengah khalayak luas. Dan itu dituliskan oleh para penyair dengan segenap rasa dan gaya yang multi warna pula. Di tangan para penyair puisi, isu ini tiba-tiba menjadi sebuah daya yang sanggup menyuarakan kebersamaan, bahwa harmonisasi tak bisa ditawar lagi,” ujarnya.
Diskusi buku tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Pameran Buku yang digelar Dinas Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah 5-18 Oktober 2023. Hadir dalam diskusi ini Ketua Umum Satupena Jawa Tengah, Aprilia dan Nana Kirana mewakili Dinas Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah, Ketua Bengkel Sastra Taman Maluku Sulis Bambang, para mahasiswa, dan anggota Satupena Jawa Tengah. (subagyo-SS)