KSBN dan Satupena Jateng akan Terbitkan Buku Antologi Esai Tata Ruang


Suasana pertemuan sejumlah pengurus KSBN dan Satupena Jawa Tengah di Warung Angkringan De-Er-We, Manyaran, Semarang. (foto: dok satupena jawa tengah)

Semarangsekarang.com – Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah bekerja sama dengan Perkumpulan Penulis Indonesia “Satupena” Jawa Tengah berencana akan menerbitkan buku antologi esai tentang tata ruang. Buku tersebut kemungkinan akan diberi judul “Dari Hulu ke Hilir” dengan ketebalan sekitar 500 halaman.

Penerbitan buku itu mengemuka ketika sejumlah pengurus KSBN Jawa Tengah dan Satupena Jawa Tengah bertemu secara informal di Warung Angkringan De-Er-We, Jalan Abdulrachman Saleh 232, Manyaran, Semarang, Jumat (10/05/2024) malam.

Ketua Seksi Arsitektur Tradisional KSBN Jawa Tengah yang kebetulan juga Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah Dr Ir Mohammad Agung Ridlo MT mengemukakan, kemungkinan untuk buku tersebut juga akan menggandeng Dinas Perumahan dan Permukiman Jawa Tengah dan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

“Kami akan mengundang para penulis anggota KSBN, Satupena, akademisi, dan peminat planologi untuk mengirimkan tulisan-tulisannya. Mereka diharapkan menulis berdasarkan perspektif kebudayaan, sosial, ekonomi, hukum, politik, agama, dan sebagainya. Semoga dalam waktu tiga bulan buku telah siap diluncurkan,” kata Agung.

Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Ketua I KSBN Jawa Tengah Dr Sri Sulistyaningsih MM, Ketua II Sulistyo SPd MM, Sekretaris Umum Agus Susantijo, Deputi 1 Gunoto Saparie yang juga Ketua Umum Satupena Jawa Tengah, Wakil Sekretaris Agnes Purwanto dan Heri Susanto SH, Bendahara Umum Dra Yamtini Harsopurwoto MM, serta Seksi Kuliner Norma Afantin.

Pertemuan yang diformat santai tersebut sekaligus merupakan peluncuran Warung Angkringan De-Er-We yang dikelola oleh Agus Susantijo.

Agus Susantijo mengatakan, sejumlah program KSBN Jawa Tengah selama ini terkesan tersendat jalannya. Namun, dengan pertemuan semacam ini diharapkan akan mencairkan beberapa kendala komunikasi dan koordinasi antarpengurus.

“Memang, sebagai sekretaris umum saya seharusnya menjadi motor organisasi, namun saya tidak mungkin bergerak kalau tidak ada arahan pimpinan dan kerja sama dengan pengurus lain,” ujarnya.

Sedangkan Sulistyaningsih berharap, agar pertemuan “tipis-tipis” semacam ini dapat berlangsung paling tidak sebulan sekali. Selain sebagai sarana silaturahmi dan saling tukar informasi, barangkali ada kegiatan yang bisa kita kerjakan bersama dalam upaya pemajuan kebudayaan di Jawa Tengah. (subagyo-SS)

Berita Terkait

Top