Parade Baca Puisi Moderasi Beragama Digelar di Ponpes Al-Falah Salatiga
- Pada 6 Juli 2023
Semarangsekarang.com – Parade Baca Puisi Moderasi Beragama akan digelar di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah, Dukuh Sidomukti Salatiga, Kamis, 6 Juli 2023, mulai pukul 18.30. Kegiatan ini merupakan kerja sama Forum Kerukunan Umat Beragama Jawa Tengah, Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga, dan Satupena Jawa Tengah.
Ketua FKUB Jawa Tengah Drs Taslim Syahlan MSi mengatakan, kegiatan tersebut dalam rangka Haflah At-Tasyakur Lil-Ikhtihan Ponpes Al-Falah Salatiga dan Haul KH Muhammad Zumri RWS ke-8.
“Dalam kaitan ini sekitar 30 penyair anggota Satupena Jawa Tengah dari berbagai kabupaten akan ikut memeriahkan dengan pembacaan puisi bertema moderasi beragama,” kata Taslim, Senin (03/07/2023).
Menurut Taslim, moderasi beragama penting untuk terus disosialisasikan, termasuk melalui puisi, karena kita menghargai keragaman paham dan amalan beragama.
Dalam kaitan ini, FKUB Jateng, Kanwil Kemenag Jateng, dan Satupena Jateng telah menerbitkan buku antologi puisi moderasi beragama berjudul “Kusebut Nama-Mu dalam Seribu Warna”.
Dengan puisi-puisi tersebut, diharapkan ada inspirasi untuk mendorong kehidupan keagamaan yang moderat.
“Keragaman dalam beragama itu niscaya. Tidak mungkin dihilangkan. ” tandas Taslim didampingi Ketua Ponpes Al-Falah Hufron Faqih SHum.
Ketua panitia pelaksana Amin Miftahus Soleh SE menambahkan, dalam kegiatan haflah dan haul ini juga akan digelar pertunjukan wayang kulit. Lakonmya “Puja Jiwa” dengan dalang Ki Ompong.
Ketua Umum Satupena Jawa Tengah Gunoto Saparie menuturkan, para penulis anggota Satupena merasa terima kasih mendapatkan kesempatan untuk tampil membaca puisi moderasi beragama di pondok pesantren. Sebelumnya bersama FKUB Jateng para anggota Satupena Jateng mendapatkan kesempatan membaca puisi moderasi beragama di Kelenteng Hok Tik Bio Ambarawa dan Vihara Tanah Putih Semarang. Dalam waktu dekat Satupena Jawa Tengah juga memiliki program kegiatan yang sama di Masjid Nusrat Jahan Semarang.
“Tema moderasi beragama kami pilih karena menyadari kemajemukan aliran dalam agama potensial bagi terjadinya konflik berlatar isu keagamaan. Cara pandang moderasi beragama dari para penyair dalam hal ini bisa menjadi salah satu alternatif,” ujarnya. (subagyo-SS)