Dewan Pakar Satupena Jateng Bertemu Dubes Tunisia di Inggris
Anggota Dewan Pakar Satupena Jawa Tengah Taslim Syahlan (kiri) dan Duta Besar RI untuk Tunisia Misrawi Zuhairi. (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com – Anggota Dewan Pakar Perkumpulan Penulis Indonesia “Satupena” Provinsi Jawa Tengah Taslim Syahlan bertemu dengan Dubes RI untuk Tunisia Misrawi Zuhairi. Pertemuan itu terjadi di tengah suasana Jalsah Salanah UK, yang merupakan pertemuan muslimin terbesar di Eropa, di Hadeeqatul Mahdi, Alton, Inggris, 28-30 Juli 2023.
Taslim yang keberangkatannya ke forum tersebut dalam kapasitas sebagai Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi perbincangan atau diskusi serius dengan Misrawi Zuhairi. Taslim dan Misrawi menyinggung pentingnya membangun keharmonisan dan perdamaian di kalangan umat Islam Indonesia.
“Isu-isu harmony building, diplomasi kebudayaan, beasiswa untuk mahasiswa Indonesia belajar ke Tunisia, bahkan sampai kemungkinan ekspor kopi ke sana menjadi topik percakapan kami,” ujarnya seraya menambahkan, jika semua itu tentu saja membutuhkan tindak lanjut menyangkut teknis dan prosedurnya.
Taslim diundang ke forum tersebut bersama empat tokoh nasional yang dikenal memiliki komitmen terhadap kerukunan dan moderasi beragama. Mereka adalah Ahmad Najib Burhani (peneliti BRIN dan aktivis Muhammadiyah), Lukman Hakim Saifuddin (mantan Menteri Agama RI), Musdah Mulia (salah seorang pendiri Indonesian Conference Religion and Peace–ICRP), dan Alissa Wahid (Ketua PBNU dan pendiri Gusdurian).
Dalam kesempatan itu Alissa Wahid menyampaikan tentang pentingnya menampilkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin. Artinya, Islam sebagai berkah alam semesta.
Dalam kaitan ini, Alissa memuji jemaat Ahmadiyah yang mencerminkan prinsip rahmatan lil alamin. Jemaat ini berkembang secara global, meskipun menghadapi banyak tantangan.
Melalui jaringan Gusdurian, demikian Alissa, sebagai komunitas lintas agama yang mendorong perdamaian dan kemanusiaan, berusaha mencegah dan mencari solusi ketika ada persekusi terhadap minoritas. (subagyo-SS)