Satu Abad NU Jaga Jagad Bangun Peradaban
Organisasi keagamaan Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) sedang menyambut peringatan satu abad kelahirannya. (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com – Organisasi keagamaan Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) sedang menyambut peringatan satu abad kelahirannya. Tentu, ini menjadi penanda bahwa organisasi keagamaan yang kerap disebut memiliki anggota terbesar di Indonesia ini memasuki usia yang tidak muda lagi.
Harlah ‘Satu Abad’ NU ini disambut warga Nahdliyin di berbagai pelosok nusantara. Salah satunya warga Nahdliyin Ranting Tawang Mas Semarang Barat yang turut meramaikan moment tersebut.
Mereka menggelar serangkain acara selama dua hari pada Sabtu dan Minggu (28-29/01/2023), mulai dari pembacaan Ratib Al-Haddad, pembacaan maulid nabi, pembacaan arwah jamak sekaligus khataman Al-Quran, dilanjutkan dengan kegiatan kirab bersama, hingga pada puncaknya adalah pengajian umum bertema “menjaga jagad membangun peradaban” pada Minggu (29/01/2023) kemarin malam.
Dalam kesempatan ini, mereka merefleksikan betapa tantangan NU ke depan semakin berat.
“Sebuah riset menyebut bahwa 65-75 persen anak berumur 5 hingga 20 tahun di Indonesia telah mengakses smartphone. Era di mana generasi muda berhadapan dengan teknologi internet dan informasi bebas,” ungkap Ketua Tanfidziyah NU Ranting Tawang Mas, Muhammad Zakky Mubarok yang juga ketua panitia kegiatan dalam keterangan persnya, diterima semarangsekarang.com Senin (30/01/2023).
Dikatakannya, perkembangan teknologi internet saat ini seperti halnya berhadapan dengan dua bilah mata pisau. “Sebab, teknologi bisa sangat berbahaya, menghancurkan bahkan ‘membunuh’ apabila salah penggunaannya. Tapi di sisi lain sekaligus bisa bermanfaat apabila mampu menggunakannya secara baik dan benar,” katanya.
Fenomena teknologi internet ini juga diikuti berbagai permasalahan yang sangat kompleks. Bahkan, lanjut Zakky, tidak jarang terjadi perang narasi yang meresahkan masyarakat.
Namun sejauh ini, Zakky menilai bahwa pemberdayaan kader NU masih jauh dari maksimal. “Hal ini perlu menjadi perenungan bersama agar ke depan lahir generasi-generasi penyeimbang zaman. Tidak hanya urusan pengetahuan agama, tetapi juga menguasai teknologi digital,” ungkapnya.
Pengisi Mau’idzah Hasanah dalam kegiatan pengajian tersebut, Habib Mustofa Al Muhdor, berharap agar semua dikuatkan dari hal hal yang berusaha memecah belah NU. Dia mengakui bahwa tantangan ke depan sangat kompleks dan datang dari berbagai sisi. Seperti halnya munculnya fenomena kelompok ‘Islam garis keras’ yang kian menguasi lini massa internet.
Namun demikian, Habib Mustofa meminta agar kader NU tidak mudah terpancing isu secara liar. Sebab, NU memiliki karekteristik cinta perdamaian. “Tidak perlu memusuhi dengan cara frontal, gunakan cara-cara Ahlussunnah wal Jamaah,” ungkapnya.
Berbagai tantangan
Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Sukoharjo Agus Mustaqim yang hadiri dalam kesempatan tersebut menceritakan berbagai tantangan yang dihadapi dalam beberapa waktu terakhir di wilayahnya.
Ia mengakui, sejauh ini Sukoharjo menjadi episentrum gerakan ekstremisme di Jawa Tengah. Berbagai organisasi Islam ‘garis keras’ maupun kelompok radikal kerap berpotensi memicu gesekan sosial, intoleransi maupun radikalisme hingga mengarah terorisme.
“Kita perlu untuk mendidik karakter akhlak yang baik untuk generasi selanjutnya, dan hal tersebut dapat diawali dari pembelajaran akhlak dari keluarga,” katanya.
Kegiatan yang dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang dan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Semarang Barat tersebut juga dilakukan pembagian bantuan untuk anak yatim dan duafa di lingkungan sekitar Tawang Mas. (subagyo-SS)