Sumanto Al-Qurtuby: Berjilbab atau Tidak adalah Pilihan
Prof Dr Sumanto Al-Qurtuby (tengah) bergambar bersama sebagian peserta diskusi tentang Islam di Indonesia dan Arab Berbasis Kearifan Lokal. (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com – Berjilbab, bercadar, atau membiarkan rambut kelihatan, bagi perempuan Islam adalah pilihan dan hak. Yang menjadi persoalan kalau perempuan berjilbab mengklaim paling benar dan menyalahkan mereka yang tampak rambutnya. Begitu juga sebaliknya.
Hal itu dikemukakan oleh pengajar antropologi kebudayaan di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Dahran, Arab Saudi Prof Dr Sumanto Al-Qurtuby dalam Community Talk tentang Islam Indonesia dan Arab Saudi Berbasis Kearifan Lokal di Hotel Grand Candi, Semarang, belum lama ini. Kegiatan diselenggarakan Komunitas Diajeng Semarang.
Sumanto Al-Qurtuby dalam diskusi yang dipandu Maya Dewi itu menekankan pentingnya kita saling menghormati berbagai perbedaan di sekitar kita. Bukan justru memusuhi atau antipati.
“Tidak perlu saling menghakimi atau memandang yang lain lebih buruk dari kita. Yang berjilbab tidak perlu menganggap negatif perempuan yang tidak berjilbab. Sedangkan yang tidak berjilbab tidak merundung perempuan yang berjilbab,” ujarnya.
Sumanto menunjukkan, di Arab Saudi sendiri telah terjadi perubahan sosial kultural yang besar, di mana perempuan lebih bebas mendapat kesempatan pendidikan dan bekerja di sektor publik. Begitu juga gaya berpakaian mereka. Wajah keagamaan juga menjadi lebih modern, moderat, dan toleran.
Perubahan sosial kultural yang terjadi di Arab Saudi itu, kata Sumanto, justru kontras dengan fenomena di Indonesia saat ini. Sebagian kaum muslimin kita justru makin klasik, ingin menjadi bagian dari budaya Arab.
Hadir dalam diskusi santai dan hangat itu sejumlah tokoh lintas agama, seperti Ketua Gerakan Perempuan Lintas Iman (Garputala) Jawa Tengah Marcia Hiariej, Ketua Persaudaraan Lintas Iman (Pelita) Jawa Tengah Setiawan Budy, juga Ketua Umum Satupena Jawa Tengah Gunoto Saparie, dan puluhan aktivis serta peminat isu-isu keagamaan dan kebudayaan. (subagyo-SS)