Komunikasi Berbasis Budaya di Kalangan Generasi Muda Perlu Dibangun Kembali
Suasana Webinar tentang Kebudayaan Indonesia dan Upaya Mempertahankan Bhinneka Tunggal Ika yang diselenggarakan Universitas Bina Nusantara. (foto; istimewa)
Semarangsekarang.com – Komunikasi berbasis budaya di kalangan generasi muda perlu dibangun kembali. Selain itu, dibutuhkan upaya memperbanyak literatur dan menguatkan wawasan kebangsaan.
Demikian antara rumusan Webinar bertema Kebudayaan Indonesia dan Upaya Mempertahankan Bhinneka Tunggal Ika: Peran Generasi Muda yang dibacakan moderator dosen Universitas Bina Nusantara (Ubinus) Linda Mutiara Lumban Tobing, Rabu, 25 Oktober 2023. Webinar diselenggarakan oleh Character Building Development Centre (CBDC) Ubinus.
Tampil sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut Kurator Selasar Sunaryo Art Space Heru Hikayat, Pendiri Rumah Anak Bumi Ridwan Manantik, dan Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah Gunoto Saparie.
Poin rumusan lain yang dibacakan Linda Mutiara Lumban Tobing adalah perlunya generasi muda aktif dalam kegiatan kebudayaan. Di samping itu, juga perlu mengenal seni-seni tradisi dan memiliki rasa bangga terhadap budaya sendiri.
“Tak boleh diabaikan pula perlunya memperkenalkan budaya melalui even-even di ruang publik. Termasuk juga menyelenggarakan diskusi atau lokakarya berbasis budaya,” ujarnya.
Generasi muda, demikian Linda Mutiara, tentu memiliki peranan sangat penting untuk menjaga dan melestarikan budaya bangsa. Tantangan yang dihadapi tentu tidak sedikit. Salah satunya adalah menghadapi gelombang budaya global yang sedang tren di kalangan mereka.
Heru Hikayat mengingatkan, kebudayaan semestinya tidak dipandang sebagai sesuatu yang diurus orang-orang tua dan menjadi “klangenan” para pejabat. Jika lebih banyak generasi muda mengekspresikan dirinya melalui festival kebudayaan, maka perangkat nilai yang mendasarinya pun turut tampil.
“Perangkat nilai yang beragam lebih sering tampil dan menjadi pengalaman bersama. Wawasan tentang keberagaman turut tersiar. Penghargaan atasnya pun dianggap wajar,” katanya.
Ridwan Manantik menambahkan, mempertahankan budaya atau tradisi tentu tidaklah mudah di era multikultur seperti sekarang ini. Apalagi budaya global telah mewabah di mana-mana seperti virus yang menjangkiti pikiran generasi muda. Informasinya begitu masif seakan tanpa tembok dan sekat, yang selalu ada dalam genggaman generasi muda.
“Namun, dengan peran dan keterbukaan semua pihak serta mau berbagi rasa antarsesama anak bangsa tentu tidak sulit mengenalkan kembali budaya yang luhur pada generasi muda,” ujarnya.
Sedangkan Gunoto Saparie menekankan pentingnya toleransi ketika berbicara tentang upaya menjaga Bhinneka Tunggal Ika. Toleransi mensyaratkan kemauan untuk menghargai pernyataan atau perilaku mereka yang tidak disukai atau disetujui. Toleransi adalah kesediaan untuk menerima hal-hal yang ditolak dan ditentang.
“Keberagaman, kemajemukan, atau kebinekaan, baik dari sisi etnis, bahasa, agama, budaya, merupakan fitrah dan sunatullah atau telah menjadi ketetapan Tuhan,” tandasnya.
Pada akhir kegiatan diumumkan para pemenang lomba esai tentang “character building”. Hadir pada kegiatan ini Wakil Rektor Ubinus Prof Dr Engkos Achmad Kuncoro SE MM, Prof Dr Reina SKom MM, dan Manager CBDC Ubinus Dr Frederikus Fios SFil MTh. (subagyo-SS)