Cuaca Panas Berdampak Munculkan Kasus ISPA dan Diare


Wakil Ketua DPRD Wahyu Winarto (baju biru) saat bersana Wali kota Senarang dalam sebuah acara. (foto: dok istimewa)

Semarangsekarang.com – Banyaknya kasus penyakit dampak musim kemarau panjang dan cuaca panas ektrem seperti penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare yang diderita masyarakat,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, meminta dinas terkait dalam hal ini Dinas kesehatan Kota Semarang bisa merespon cepat menangani kasus penyakit itu. Mengingat, cuaca panas ekstrem saat ini mencapai suhu 36-38 derajat celcius saat siang hari. Hal itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Wahyu Winarto, Senin (02/10/2023).

“Dinkes harapannya bisa bertindak cepat terkait banyak penyakit yang banyak ditimbulkan saat musim kemarau. Seperti kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan, Diare dan penyakit lainnya yang umumnya terjadi saat musim kemarau,” tambahnya.

Dewan juga mengimbau masyarakat berhati-hati saat beraktivitas di luar saat musim kemarau, bisa menjaga kesehatan masing-masing. “Makan yang teratur, istirahat yang cukup dan rutin berolahraga,”terang Liluk, sapaan akrabnya.

Selain itu, politis partai Demokrat itu juga saat musim kemarau panjang ini, masyarakat diimbau tidak membakar sampah kering sembarangan. Karena bisa menimbulkan kasus kebakaran di Kota Semarang.

“Misalnya kasus kebakaran yang melanda TPA Jatibarang, beberapa waktu lalu sebagai dampak dari musim kemarau panjang, selain juga dampak kekeringan di beberapa daerah rawan kekeringan,”paparnya.

Kasus terbanyak

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M Abdul Hakam mengatakan, kasus penyakit yang ditimbulkan saat musim kemarau ini yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare dan dehindrasi. Bahkan, dua penyakit ini dari laporan merupakan kasus terbanyak pada dua bulan terakhir atau saat musim kemarau.

“Kalau kita lihat dalam dua bulan terakhir kalau kita respon cepat kewaspadaan dini terhadap cuaca panas ekstrem di Kota Semarang ini data penyakit akibat panas ekstrem ini yang terbesar adalah ISPA dan Diare,” ujar Hakam, dikantornya, Senin (02/10/2023).

Hakam juga menyampaikan, bahwa ISPA ini bisa jadi infeksi paru-paru jika tidak ditangani dengan baik. Kemudian diare yang disebabkan karena konsumsi air yang kurang, atau air yang tidak bersih karena ketersediaan air yang menipis karena panas ekstreme. Selain itu pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme dalam air yang dikonsumsi manusia itu juga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penderita diare.

Kemudian dalam data yang disediakan Dinas Kesehatan Kota Semarang, di saat cuaca panas seperti ini muncul polutan-polutan berbahaya yang diteliti setiap bulan seperti Co2, Nitrogen Dioksida, kemudian debu-debu Particulary Matter (PM) 10 dan PM 2,5.

Hal yang perlu diantisipasi, tambah Hakam, saat suhu udara panas yang rata-rata mencapai 36 derajat celsius ke atas. Hal itu menyebabkan resiko dehidrasi sangat tinggi. Jika dehidrasi terlalu tinggi, menyebabkan hilang konsentrasi karena tubuh kekurangan air. Kemudian untuk penderita diabetes, Hakam mengatakan, di cuaca yang sangat panas ini biasanya orang-orang tergoda untuk meminum air es yang cukup banyak.

“Sedangkan untuk merehidrasi tubuh, dalam kondisi normal harus minum air putih dua liter perhari, namun dalam kondisi panas ekstrem seperti sekarang ini maka harus ditambah setengah sampai satu liter. Kemudian tidak boleh diet, sebab kondisi suhu panas ekstrem seperti ini menuntut tubuh terus butuh asupan dengan makan teratur. Bila perlu, tambah konsumsi vitamin seperti vitamin A,B, dan C agar kekebalan tubuh naik,” pungkasnya. (subagyo-SS)

Berita Terkait

Top