Kota Semarang Atasi DBD dengan Wolbachia, PSN dan PJN Tetap Jalan
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (kiri) bersama Menked di acara lainching program Wolbachia. Namun demikian program pemberantasan DBD dengan Program PSN dan PJN tetap dijalankan. (foto: dok istimewa)
Semarangsekarang.com – Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu mengingatkan kepada warga Kota Semarang untuk tetap melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemberantasan jentik nyamuk (PJN) secara rutin meski program dari Kementerian Kesehatan melalui nyamuk Wolbachia mulai digalakkan di Kota Semarang.
Ita, sapaan akrabnya, mengatakan, program Wolbachia yang menjadi pilot project Kemenkes pertama kali dilakukan di Kecamatan Tembalang. Pasalnya, Kecamatan Tembalang tercatat memiliki kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) tertinggi dibanding Kecamatan lainnya di Kota Semarang.
Seharusnya Kota Semarang menjadi kota ketiga yang akan dilakukan pilot project, namun justru menjadi yang pertama karena Kota Semarang memiliki komitmen untuk menurunkan angka kasus DBD.
“Kami disupport Dinkes Provinsi dan Dinkes Kota sehingga Alhamdulilah semarang menjadi pilot project yang pertama di Indonesia,” kata Ita, sapaan akrabnya, Rabu (31/05/2023).
Kasus DBD di Kota Semarang, lanjut Ita, ada sekitar 200 kasus. Sementara kasus tertinggi ada di Kecamatan Tembalang dengan jumlah yang meninggal 12 orang. Ia berharap dengan adanya program ini maka kasus di Kota Semarang semakin menurun.
“Yang tinggi pertama Tembalang lalu Banyumanik. Kebanyakan wilayah pinggiran dan padat penduduk dan banyak genangan sehingga menjadi daerah yang banyak terpapar DBD,” ucapnya.
Program Wolbachia ini berlangsung enam bulan, karena masa dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa dan bisa kawin dengan nyamuk lokal yang kemudian memiliki virus aedes aegepty adalah dalam kurun waktu enam bulan. Selama enam bulan, pihaknya bersama tim kesehatan akan memonitoring dan mengevaluasi dari program ini.
“Menunggu enam bulan karena prosesnya nyamuk kawin dulu lalu telor menjadi jentik butuh waktu dua minggu, lalu nyamuk terbang dan kawin untuk memandulkan nyamuk betina sehingga butuh 6 bulan,” terangnya.
Jika dalam enam bulan dinilai program Wolbachia di Kecamatan Tembalang ini berhasil maka akan berlanjut ke Kecamatan lainnya. Selain dengan metode Wolbachia, upaya menurunkan kasus DBD juga dilakukan dengan PSN dan PJN secara rutin.
“PSN dan PJN tetap dilakukan meski sudah ada Wolbachia,” tandasnya. (subagyo-SS)