Meski Ada Pro-Kontra Nyamuk Wolbachia. Terpenting Tetap Jaga Kebersihan

Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang, Rahmulyo Adi Wibowo. (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com –
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang merespon positif penyebaran nyamuk Wolbachia, salah satunya di Kota Semarang yang menjadi pilot project dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI,
Kendati, penyebaran nyamuk untuk mengurangi kasus angka demam berdarah di beberapa daerah sempat ramai mendapatkan penolakan dari masyarakat, misalnya di Bali, beberapa waktu lalu yang juga menjadi pilot project nyamuk Wolbachia dari Kemenkes .
Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang, Rahmulyo Adi Wibowo menjelaskan bahwa, masyarakat diminta agar tidak terlalu khawatir terkait program penyebaran nyamuk yang sudah direkayasa genetiknya yang bisa menurunkan kasus demam berdarah.
“Kita ikuti dulu nanti tentu ada dampaknya, karena bisa memberantas nyamuk pembawa virus demam berdarah. Lihat dulu, kalau hasilnya memang bisa efektif untuk menekan angka kasus demam berdarah akan bermanfaat untuk kemaslahatan masyarakat di Kota Semarang,”terangnya, Jumat (15/12/2023).
Politisi PDI Perjuangan ini mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan, terutama yang akan dijadikan sarang nyamuk berkembang biak. Masyarakat harus jaga kebersihan, seperti melakukan 3 M, menguras, mengubur dan membersihkan, baik air yang tergenang maupun yang bisa menjadi tempat nyamuk bersarang.
“Kalau ada air yang tergenang misalnya di selokan, maupun pot bunga, atau ban bekas ada airnya segera dibersihkan, lebih baik mencegah daripada nantinya menjadi wabah dan meluas, tambahnya.
Penyebaran pertama Wolbachia
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M Abdul Hakam mengatakan, bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mulai melakukan penyebaran pertama Wolbachia serentak di 12 kelurahan di Kecamatan Tembalang pada tanggal 8 September 2023. Selanjutnya menyusul 23 Oktober 2023 di 11 kelurahan di Kecamatan Banyumanik, serta di 16 kelurahan di Kecamatan Gunungpati pada tanggal 21 November 2023.
Meski demikian, Hakam mengingatkan jika dampak dari pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia memang belum bisa langsung dirasakan. Penurunan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) baru bisa dirasakan minimal satu tahun setelah proses implementasi selesai.
Data kasus DBD di Kecamatan Tembalang periode Januari sampai September cenderung mengalami penurunan di angka 51 kasus, dibandingkan tahun 2022 dengan periode yang sama terdapat 98 kasus. “Lalu Kecamatan Banyumanik periode Januari sampai September dimana penderita DBD ada di angka 83 di tahun 2022, namun dalam periode yang sama turun menjadi 29 kasus di tahun 2023,” terangnya.
Hakam menegaskan, jika Wolbachia merupakan jenis bakteri untuk menekan replikasi virus dengue, zika, dan chikungnya dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti. Bakteri ini dapat diturunkan ke generasi berikutnya melalui jalur betina serta hanya hidup di tubuh serangga.
Sedangkan cara kerjanya, papar Hakam yakni jika virus dengue disuntikkan ke dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia, maka virus dengue tidak dapat berkembang di dalam tubuh nyamuk yang mengandung Wolbachia. “Jika virus dengue tidak dapat berkembang, maka virus tersebut tidak dapat ditularkan pada manusia. Bakterinya pun tidak bisa masuk ke tubuh manusia,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta masyarakat untuk tidak khawatir karena Wolbachia hadir untuk memberantas virus dengue. Meski demikian, Mbak Ita sapaan akrab Walikota, meminta kepada masyarakat untuk tetap melaksanakan Pemeriksaan Jentik Nyamuk (PJN) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) rumah secara rutin yakni dua kali dalam sepekan. (subagyo-SS)