Pakar Unissula Puji Upaya Pemkot Semarang Tangani Banjir Sejak Dini


Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Prof Slamet Imam Wahyudi. (foto: dok istimewa)

Semarangsekarang.com – Persoalan banjir di Kota Semarang masih menjadi perhatian publik saat musim hujan. Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang telah melakukan beberapa upaya untuk menanggulangi bencana banjir tahunan. Salah satunya dengan merevitalisasi saluran air atau drainase.

Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Prof Slamet Imam Wahyudi mengatakan, kepemimpinan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu telah menunjukkan skala prioritas mitigasi banjir.

“Semuanya kembali pada skala prioritas, anggaran tersedia. Jadi makin banyak anggaran yang dialokasikan maka kian baik,” kata Imam, Sabtu (07/10/2023).

Imam menyatakan, wali kota perempuan pertama Kota Semarang yang kerap disapa Mbak Ita tersebut, amat memahami persoalan banjir. Terlihat, belum genap setahun memimpin, proyek-proyek revitalisasi drainase dikerjakan secara masif.

Kendati program rehabilitasi itu hasil dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), menurutnya, tak akan terwujud jika tidak ada fokus perhatian dari pucuk pimpinan tertinggi.

“Sudah sangat paham dengan apa yang dikerjakan saat ini. Revitalisasi yang dilakukan di beberapa sistem drainase tersebut bagus dan tepat,” ujarnya.

Walau daratan pesisir Kota Semarang lebih rendah dibanding permukaan air laut, dia menyebut penanganan banjir telah menunjukkan hasilnya. Dia mencontohkan, genangan yang biasanya sampai seminggu, kini tak sampai dua hari sudah surut.

“Tidak semuanya bisa dihilangkan 100 persen. Aman terhadap persoalan banjir sulit bisa dicapai, tetapi mitigasi itu penting,” ujarnya.

Pakar hidrologi ini menyebut, mitigasi yang digencarkan Mbak Ita bertujuan untuk mengurangi dampak banjir. Air dari hulu dialirkan lewat saluran-saluran yang bebas dari sedimentasi.

Alangkah lebih baik lagi, kata Imam, air dari hulu dipetakan melalui lateral drain. Sehingga, air dari kawasan atas tidak menuju langsung ke pusat kota, melainkan dialihkan ke sungai-sungai besar seperti Banjir Kanal Barat (BKB) maupun Banjir Kanal Timur (BKT).

Peninggalan Belanda

Di Kota Semarang, terdapat lateral drain peninggalan Belanda. Lokasinya dapat ditemukan di sepanjang Jalan Sriwijaya atau tepatnya di depan Gedung Wanita sampai Simpang Polda Jawa Tengah.

Lateral drain tersebut difungsikan sebagai pengereman air dari Tanah Putih dan Siranda menuju Kali Semarang sebelum dialirkan ke BKB dan BKT.

“Dulu dikonsep air tidak boleh mengalir ke Simpang Lima, dia distop di saluran sabuk itu untuk dialirkan ke BKB dan BKT,” tuturnya, menjelaskan upaya tersebut mengurangi beban kerja pompa air.

Dia berharap, fungsi kerja lalu lintas air yang dibuat pada masa kolonial itu dapat dipelajari kembali untuk menanggulangi banjir. Mengingat, kontur Kota Semarang dengan Negeri Kincir Angin banyak memiliki kesamaan.

“Areanya lebih rendah dari pada muka air laut, karena itu Semarang ini seperti di Belanda,” ujarnya.

Maka dari itu, peran masyarakat sangat diperlukan. Buang sampah tidak pada tempatnya atau tepatnya ke sungai-sungai tidak akan membantu upaya pemerintah menanggulangi banjir.

“Perlu kesadaran bersama dan perlu bersama-sama meningkatkan budaya bersih. Itu bagian dari peradaban juga, kalau kotanya bersih salurannya tertata jadi lebih indah,” ujarnya.

Seperti diketahui, Pemkot Semarang telah melakukan revitalisasi delapan drainase sejak Juni lalu. Pekerjaan ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak banjir yang diprediksi jatuh November mendatang.

Berikut delapan drainase di Kota Semarang yang telah diperbaiki, Saluran Klipang, Saluran Kedungmundu, Saluran Tentara Pelajar, Saluran Erlangga, Saluran Pemuda-Imam Bonjol, Saluran Depok, dan Saluran Jatisari. Saluran Tlogosari Wetan telah rampung, dan lainnya akan selesai awal bulan depan.(subagyo-SS)

Berita Terkait

Top