Menanam Baik Pasti Memetik Baik
Hj Sri Wulan SE MM mengaku selalu rindu melihat wajah bahagia masyarakat. (foto: dok istimewa)
- Hj Sri Wulan SE MM
Semarangsekarang.com (Jakarta),- Cita-citanya adalah menjadi peternak, sebagimana ayahnya. Memiliki sapi dalam jumlah banyak di atas lahan yang luas. Kemudian Ia tinggal di sana, sembari mengawasi hewan ternak di tengah hamparan sawah yang mengelilingi. Tetapi, keinginan itu berlalu begitu saja. Ia tidak menjadi penggembala sapi, seperti yang pernah dibayangkan. Tetapi malah menjadi tokoh dari banyak warga, khususnya daerah pemilihan Jawa Tengah III, meliputi Kabupaten Blora, Grobogan, Pati dan Rembang.
Anehnya, keberhasilan di ranah politik, itu tidak pernah dia cita-citakan. Mulanya, Ia hanya asal- mengiyakan ajakan temannya, untuk berpartisipasi sekedar memenuhi 30% kuota perempuan pada pemilihan legislative DPRD Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 Partai Gerindra. Dan saat Namanya benar-benar muncul di Daftar Calon Anggota Legislatif Ia pun baru tersadar.
“Setelah nama saya muncul di dct, saya baru minta pendapat keluarga. Ternyata, mereka mendukung serta mendoakan. Di luar espektasi, ternyata saya bisa terpilih menjadi menjadi anggota DPRD Jawa tengah periode 2009-2014,” kata Hj Sri Wulan, SE MM, anggota Fraksi Partai Nasdem kepada semarangsekarang.com beberapa waktu lalu.
Sukses menjadi anggota DPRD, pada pemilu 2014 Sri Wulan naik kelas. Ia dipercaya Partai Gerindra memperebutkan kursi DPR pusat. Lagi-lagi hasilnya mencengangkan. Ia sukses melenggang ke Senayan untuk periode 2014-2019.
Tetapi, di tengah jalan, tepatnya pada 2018, Sri Wulan yang berarti Dewi Padi dalam kamus Jawa itu memilih berpisah dengan partai yang sudah membesarkan Namanya. Ia kemudian menyeberang ke partai Nasional Demokrat (Nasdem).
“Saya mencari jalan hidup yang lebih bahagia, tenang, tanpa beban dan bisa selalu menambah energi, dan itu saya temukan di Nasdem. Di Nasdem saya merasa lebih nyaman dan bisa menikmati arti kehidupan yang saya jalani,” kata alumni Magister jurusan Manajemen pada Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.
Sebagai anggota legislatif, perempuan berhijab kelahiran Pati, 8 April atau Jumat 18 Pon 1977, ini tidak banyak berubah. Ia menjadi sosok yang tetap dekat dengan masyarakat. Terlebih kader, simpatisan dan pendukungnya. Hampir setiap minggu, Wulan selalu pulang ke dapilnya. Bila ada satu minggu yang terlewat, rasa kangennya kepada masyarakat seketika muncul. Dan itu membuatnya bergegas untuk kembali ke dapil.
Bagi Wulan, bisa turun ke masyarakat adalah kebahagiaan tersendiri. Berbincang, dengan bahasan dan bahasa yang sederhana, merupakan hiburan tersendiri. Ia kerap merasa bahagia, jika mendengar celoteh masyarakat, terlebih bisa membantu mereka meringankan beban yang menghimpit. Seperti, mengantar berobat ke rumah sakit. Atau mengurus BPJS kesehatan yang bermasalah.
“Saya selalu rindu melihat wajah bahagia masyarakat saat menerima bantuan yang saya serahkan. Cerita mereka menghibur saya, dan sebagai wakil mereka saya merasa perlu untuk selalu bergaul dan membersamai masyarakat,” kata anak pertama empat bersaudara pasangan Sutomo dan Titik.
Setiap kali berada di dapil, Wulan menjalani hidup layaknya masyarakat Pati pada umumnya. Termasuk bila ada undangan atau pertemuan resmi. Dia sering bertemu teman dan tetangga, termasuk kawan sekolah dan kuliah. Saat bersua dengan aparat pemerintah daerah hingga desa, Wulan menerima kehadirannya, seperti saudara sendiri yang sudah lama tidak bertemu.
Wulan saat berseragam jaket offroad. Ia kerap mengisi waktu luangnya dengan hobi menantang alam dengan mngendarai mobil off road. (foto: dok istimewa)
Ibu tiga anak ini juga masih sering mengisi waktu luangnya dengan hobi menantang alam. Mengendarai mobil off road, menjelajah Kawasan yang masih perawan maupun lingkungan pedesaan yang bersahaja. Bahkan, Wulan juga kerap membantu ibunya, yang seorang pedagang kelontong. Karena itu tak perlu heran saat melihatnya tengah berjaga toko. Atau menakar gula dan menimbang beras.
Karena itu ketika para anggota dewan, sibuk berusaha mendekati konsituen jelang Pemilu 2024, seperti yang terjadi sekarang, Wulan malah bimbang. Ia tidak tahu, harus berapa sering menambah jumlah pertemuannya dengan masyarakat. Ia tidak ingin memaksakan hasrat, kecuali menjaga dan mempertahankan apa yang sudah dilakukan selama ini.
“Pokoknya kita bismillah saja. Selalu menanamkan dalam diri dan pikiran bahwa saya harus optimal. Saya berfikir menanam baik pasti memetik baik. Tinggal maintenance semuanya. Saya merasakan ruangan saya ruangan mereka juga, senang susah saya, senang susah mereka juga,” pungkasnya. (m budiono-SS)