Nawang Sudah Jadi Bagian Keluarga Penyintas Merapi


Nawang Anjar Mulyani

Semarangsekarang.com (Magelang) – Membantu menolong kesulitan orang lain, adalah kesukannya sejak. Saat orang lain jijik, atau takut memberikan pertolongan Nawang Anjar Mulyani (26 tahun), malah mengulurkan tangannya secara sukarela. Saat beranjak remaja, kebiasaan itu semakin sering dilakukan, termasuk kepada  orang yang belum dikenal. 

Karena kesukaan menolong orang lain, itulah saat ia duduk dibangku SLTA, Nawang  tertarik bergabung menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR). Dengan menjadi anggota PMR  ia merasa bisa lebih barguna bagi orang lain. 

Saat keanggotaannya di PMR selesai, Nawang menyalurkan sifat ringan tangannya melalui wadah Palang Merah Indonesia (PMI). Melalui jalur Korp Sukarelawan, Nawang  bergabung menjadi anggota PMI Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah sejak 2014. 

Setelah itu  semakin banyak misi kemanusiaan yang diikuti bungsu tiga Srikandi, pasangan Hadi Suparno dan Triwiningsih ini. Bahkan, aktivitas yang dilaksanakan, tidak hanya yang bersifat darurat kebencanaan. Tetapi juga aktivitas kesehatan, yang lazim dilakukan pada kondisi aman. Mulai dari penyuluhan hingga pelayanan kesehatan. 

“Selain Penyuluhan saya  mengikuti perkembangan status Gunung Merapi, yang terus bergolak,” kata Nawang saat dihubungi semarangssekarang com beberapa waktu lalu. 

Bagi Nawang, Gunung Merapi memiliki makna dan tempat tersendiri. Sejak lama, ia ikut dalam aksi-aksi  kebencanaan, khususnya saat  gunung tersebut bergejolak. Bahkan sejak 2010,  sebelum bergabung dengan PMI, Nawang sudah terlibat aksi kemanusiaan memberi pertolongan bagi para korban Gunung Merapi.  

“Di PMR saya selalu terlibat dalam penyaluran bantuan kepada para korban yang tinggal dipengungsian. Jadi sudah hafal betul, apalagi jarak rumah saya dengan kecamatan Muntilan tempat para korban mengungsi relatif dekat,” kata dara kelahiran Magelang, 19 Juli 1995 tersebut. 

Selama itu Nawang tidak pernah menemui kesulitan saat harus berkomunikasi, mendengarkan keluh kesah  maupun memberi pertolongan kepada para korban Merapi. Ia juga bisa menikmati kebersamaan dengan para penyintas Merapi, tanpa rasa canggung sedikitpun. 

Kedekatan Nawang dengan para korban Gunung Merapi, itu terus terjaga sangat baik.  Tidak hanya terjadi di pengungsian, pada saat Merapi meletus, tapi juga saat mereka telah kembali ke rumah masing-masing. Padakondisi normal, pun hubungan Nawang dengan masyarakat sekitar lereng Merapi yang selalu terancam oleh lahar gunung tersebut  sangat baik, seperti laiknya keluarga sendiri.

Acapkali Nawang mendapatkan buah tangan berupa hasil bumi dari masyarakat, saat mereka bertemu. Mereka juga tak sungkan meminta Nawang untuk sekedar singgah jika bertemu di desanya.

“Hubungan kami sangat baik, melebihi keluarga sendiri. Kami merasa terharu, jika tiba saat berpisah. Pada saat seperti itu kami semua merasa berat untuk berpisah dengan mereka. Demikian pula para pengungsi kepada kami,” kata Nawang lagi. 

Untuk menjaga silaturahim dengan para korban, Nawang kerap mengusahakan hadir pada acara-acara adat desa. Juga pada acara pernikahan, hajatan  maupun selamatan yang sering dilakukan masyarakat dikaki Gunung Merapi. 

“Kami saling berkirim salam dan menanyakan kabar. Kami juga senantiasa berharap, masyarakat dikaki Gunung Merapi diberikan kesehatan dan keselamatan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari,” tambah Nawang lagi. 

Karena alasan-alasan itulah, alumni Poltekkes Kemenkes Semarang tahun 2018, ini tidak pernah berfikir untuk berhenti menjadi relawan PMI Kabupaten Magelang. Selama dibutuhkan, dan sanggup memberikan pertolong pada orang lain, Nawang bertekat akan terus menjadi bagian dari relawan PMI. (m budiono-SS)

Berita Terkait

Top