Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the all-in-one-seo-pack domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/semara37/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Tak Mundur Diterpa Badai - Semarangsekarang.com

Tak Mundur Diterpa Badai


  • Syaifulloh MM

Semarangsekarang.com – Orang bijak mengingatkan kita, supaya bekerja dengan rasa ikhlas, agar tidak kecewa, apapun hasil akhirnya. Pesan tersebut sangat tepat disematkan pada perjuangan hidup Syaifulloh MM, Direktur Umum dan AIK Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Keberhasilan yang diraih, dengan jabatannya sekarang, merupakan buah keihklasan, yang selalu mengiringi setiap langkah dan perjuangannya. Apalagi, menjadi direktur bukanlah cita-cita yang dulu pernah ia ingin raih. Karena sesungguhnya, ia lebih suka menjadi guru, ketimbang profesinya sekarang.

“Orangtua melarang saya menjadi guru, alasannya karena kakak saya sudah mengajar. Karena itu saya mengambil pendidikan kesehatan di Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Aisyiyah (PKU Muhammadiyah) Yogyakarta,” kata Syaiful, panggilan akrab Syaifulloh, kepada semarangsekarang.com, beberapa waktu lalu.

Sejak pertama meninggalkan rumah, hidup jauh dari orangtua untuk belajar di SPK A’isyiyah Yogyakarta, pria kelahiran Bumiayu Brebes, 3 Februari 1969, ini semakin tekun belajar. Padahal, pada waktu tertentu, orangtuanya terlambat mengirim uang bulanan, hingga beberapa bulan lamanya. Tetapi itu tidak membikin Syaiful gusar. Ia tetap terus belajar untuk menyelesaikan pendidikannya meskipun sempat tersendat biaya kuliah.

“Kalau musim paceklik tiba, sawah tidak bisa ditanami, maka kiriman orangtua pasti terlambat. Untuk membayar biaya bulanan, saya pinjam uang kepada bapak asrama. Alhamdulillah, beliau mau membantu, meski tak jarang harus bersabar menunggu, sampai beliau terima gajian,” kenang Syaiful.

Syaifulloh bersama orang tua dan anak istrinya. (foto: dok istimewa)

Sebagai anak ke empat tujuh bersaudara pasangan H Roman Amin (Ratib) dan Hj Asmirah, Syaiful tidak mau memberatkan beban orangtuanya. Betapapun sulit, dia berusaha mandiri, termasuk ketika SPK PKU Muhammadiyah Yogyakarta sekolah tempatnya belajar memberi mandat untuk bertugas dan bekerja di Jakarta. Syaiful kebingungan, karena saat itu ia benar-benar tidak memiliki uang.

“Setelah tamat saya mau ditempatkan di Jakarta, tetapi bingung karena tidak punya uang. Akhirnya saya bertukar tempat dengan teman saya. Saya memilih di Semarang dan teman saya yang di Jakarta. Saat itu saya hanya punya sepeda, dan sepeda itu saya jual, agar punya ongkos pergi ke semarang,” ungkapnya.

Sampai di Semarang, bukan berarti persoalannya selesai. Sebaliknya, sejak tiba di Semarang, Syaiful menghadapi persoalan keuangan yang lebih pelik. Selama tiga bulan pertama, ia banyak makan mie instan. Ia juga selalu meminjam uang dari kakak kelasnya, sebelum terima gaji pertama sebagai perawat.

Meski di tempa berbagai keterbatasan, dalam hal belajar, suami Ns Agustina Arti Pertiwi SKep ini tidak mau berhenti. Begitu kesempatan datang, ia mengambil kuliah jurusan Humas, yang mengantarnya menjadi Pubblik Relation di RS Roemani. Demikian juga saat kesempatan melanjutkan kuliah ke jenjang magister terbuka, Syaiful memanfaatkan kesempatan itu, sehingga menduduki posisi sekarang.

“Kami direksi bersama PDM, MPKU dan BPH bertekad untuk membangun atau merenovasi gedung Ibrahim dan Ismai 13 dan 9 lantai. Serta mempersiapkan diri untuk membangun gedung baru pada 2024. Gedung ini dibangun untuk menggantikan gedung lama yang telah termakan umur, dan diharapkan bisa memberi pelayanan lebih bagi masyarakat. Khususnya bagi mereka yang membutuhkan layanan pemeriksaan dokter speisialis,” pungkasnya. (m budiono-SS)

Berita Terkait

Top