Komunitas Lingkungan Hidup Cilacap Lakukan Gerakan Cabut Paku di Pohon

Gerakan cabut paku di pepohonan oleh sejumlah pegiat komunitas lingkungan hidup di Cilacap. (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com (Cilacap) – “Bebaskan aku dari paku dan temali yang mencekik, maka akan kudampingi kamu lebih lama“. Ini adalah motto dari Komunitas WCD (World Cleanup Day) Cilacap, Sinergi Filantropi, dan Relawan Lazis An Naba Cilacap.
Tiga komunitas ini melanjutkan aksi peduli bumi dengan terus menggalakkan penghijauan dan cabut paku serta temali di pepohonan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan lingkungan, utamanya pohon, di sejumlah wilayah Cilacap belum lama ini.
Ketua WCD Cilacap Mohammad Hanadzil SH mengatakan, sebelumnya beberapa waktu lalu komunitasnya terus konsisten melaksanakan aksi pungut sampah. Gerakan cabut paku dan temali dari pohon ini tidak di tujukan kepada entitas tertentu, apalagi menyudutkan mereka yang sedang berkontestasi baik politik, bisnis, kegiatan sosial, dan sebagainya.
“Ini murni gerakan moral, agar kita mulai sadar berdampingan dengan pepohonan layaknya keluarga yang saling menjaga dan melindungi. Setidaknya jika kita tidak mampu merawatnya dengan baik, maka jangan menyakiti apalagi tindakan lalai yang berakibat hilangnya hak hidup pepohonan,” ujar pegiat Satupena Cilacap ini.
Dengan membunuh pohon, lanjut dia, kita sama dengan mencekik leher sendiri, mengamputasi hidup.
Direktur Sinergi Filantropi Via Anggraeni SH, menambahkan, kegiatan cabut paku yang diluncurkan awal tahun 2024 ini akan terus berjalan dan menjadi kegiatan rutin. Kali ini berhasil mengumpulkan kawat sepanjang 60 meter, paku berbagai ukuran sejumlah 114 biji.
“Pohon dianugerahkan kepada umat manusia di bumi bukan sekadar meneduhkan, dia makhluk yang butuh berdampingan dan memiliki hak hidup. Kelebatan dedaunan bukan hanya menambah keindahan, kehadirannya sebagai pelindung makhluk dengan oksigen yang dihasilkan,” katanya.
Menurut Via, pepohonan meskipun tidak dapat bergerak leluasa seperti binatang, namun perannya sangat strategis. Di manapun kita akan membutuhkan.
Via prihatin, banyak manusia kerap lalai akan derita pepohonan yang disebabkan ketamakan ekploitasi. Penggundulan berdampak longsor maupun banjir. Iklim berubah secara drastis jika mereka terus terkalahkan.
Perilaku seenak sendiri mengalungkan temali dalam jangka panjang di tubuh sangat menyiksa. Mereka sekarat ditambah tusukan paku yang merusak dari dalam. Berdampingan itu saling mengasihi, bukan sebaliknya.
“Ilmu kimia menjelaskan paku berkorosi berdampak keroposnya batang. Perlahan namun pasti pohon tumbang lantas mati akibat karat. Perilaku ini tdek kita sadari terus berulang. Setiap saat pohon bisa roboh mencelakai pengguna jalan,” tandasnya. (subagyo-SS)