Diksi dan Imaji, Unsur Penting Puisi
Panitia dan narasumber Malakah Sastra-Workshop Penulisan Kredatif Sastra di SMAN 2 Kendal, Sabtu (7/9/2024). (foto : ist)
Semarangsekarang.com (Kendal),- Diksi dan imaji merupakan unsur penting dalam puisi. Seorang penyair harus memperhitungkan diksi dan imaji, serta tidak boleh mengabaikannya. Diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar pembaca dapat memahami teks puisi. Sedangkan imaji merupakan pemakaian perumpamaan untuk menyampaikan suatu gagasan dengan lebih menarik dan mendalam.
Pernyataan itu dikemukakan oleh Ketua Umum Satupena Jawa Tengah Gunoto Saparie ketika menjadi narasumber dalam Malakah Sastra—Workshop Penulisan Kreatif Sastra di SMAN 2 Kendal, Sabtu (7/9/2024). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK) Kendal.
Menurut Gunoto, dalam puisi diksi digunakan oleh penyair untuk memperoleh makna tertentu. Diksi tidak hanya pilihan kata saja, akan tetapi juga digunakan untuk menggambarkan suatu cerita dan bahkan memberi makna. Diksi juga meliputi ungkapan dan gaya bahasa. Diksi sangat berkaitan dengan imaji.
“Sedangkan imaji merupakan salah satu unsur penting guna memahami makna puisi. Dalam membawakan rangkaian kata, seorang penyair berusaha memunculkan daya imajinasi dalam puisinya. Dengan begitu, pembaca bisa memunculkan apa yang disampaikan penyair ke dalam pikirannya dengan perasaan,” ujarnya.
Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah ini menuturkan, imaji bisa berupa visual, auditif, dan taktil. Imaji visual adalah penggambaran menggunakan kata-kata yang menggambarkan objek yang bisa dilihat. Sedangkan imaji auditif merupakan jenis penggambaran yang dapat didengar oleh indra pendengaran. Sementara imaji taktil adalah suatu penggambaran yang dapat dirasakan oleh indera peraba atau permukaan kulit kita.
Gunoto juga menunjukkan pentingnya fungsi diksi, antara lain membantu pembaca dalam memahami pesan dari suatu karya sastra, dalam hal ini puisi. Pemilihan diksi yang tepat dan baik dalam sebuah penulisan puisi, membuat pembaca lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui tulisannya. Selain itu, pemilihan diksi dalam penulisan karya sastra dapat membantu membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
“Diksi berfungsi pula sebagai bentuk ekspresi yang hadir dalam gagasan penulis. Penggunaan diksi yang selaras dan tepat dapat membantu membangun imajinasi ketika membaca puisi. Di samping itu, pemilihan diksi yang tepat dapat berfungsi sebagai hiburan bagi pembaca,” ujarnya.
Narasumber lain dalam kegiatan ini adalah dosen Universitas PGRI Semarang Dr. Setia Naka Andrian, M.Pd., novelis Astri Kumalasari dan cerpenis Sawali Tuhusetya yang memberikan pelatihan cerita pendek, pegiat kebahasaan dan kesastraan Heri Condro Santoso, sejarawan Muslichin, S.S., M.Pd., penulis dongeng Muhammad Fauzi, dan aktivis teater Akhmad Sofyan Hadi. (subagyo/ss)