Buku Penulis Lokal Unjuk Gigi di Pameran Buku


Tim Satupena Kabupaten Semarang berfoto bersama di tengah Pameran Buku Kabupaten Semarang. (foto: istimewa)

Semarangsekarang.com – Buku –buku karya penulis lokal yang tergabung dalam Perkumpulan Penulis Indonesia (Satupena) Kabupaten Semarang turut memeriahkan pameran buku yang digelar di pelataran Gedung Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, Jalan Pemuda no 7 Ungaran, Senin-Kamis, 14 – 17 September 2023 lalu.

Acara yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Kunjung Perpustakaan yang jatuh setiap tanggal 17 September 2023 itupun menjadi ajang pertama bagi para penulis lokal tersebut untuk unjuk gigi di sebuah pamaeran.

Dilibatkannya Satupena dalam gelaran yang diadakan kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang ini disambut antusias oleh para penulis lokal yang selama ini lebih banyak mencetak buku dalam konsep indie, dengan jumlah cetak yang terbatas, dan lebih banyak dijual melalui media online atau penawaran antar teman.

Sayang, karena kesibukan dan faktor lain, belum semua penulis lokal memajang karyanya di acara tersebut. Dari lebih 50-an penulis yang ada di Bumi Serasi tersebut, baru buku-buku karya Fredeswinda Wulandari, Tirta Nursari, Yekti Sulistyorini, Bambang Iss Wirya, Sri Rahayu Wilujeng, Yusri Yusuf, Umi Basiroh, Musyarofah, Widyastuti, dan beberapa nama lain yang tergabung dalam buku-buku antologi yang ikut dipamerkan,

Buku karya Bambang Iss Wirya, Blaster, Nyi Cubluk, dan Kahanan mencatat angka penjualan tertinggi di pameran ini, bersaing dengan karya Tirta Nursari, Jiwa-Jiwa yang Retak dan Kamar 2204.

“Keterlibatan kami di acara ini adalah bagian dari upaya kami untuk memperkenalkan diri dan berkirim pesan bahwa kita memiliki banyak penulis lokal yang memiliki kualitas tidak kaleng-kaleng,” ujar Tirta Nursari, Ketua Satupena Kabupaten Semarang.

Selain berpameran buku, ajang pameran ini sekaligus juga dimanfaatkan untuk jumpa penulis dan juga membuka lapak konsultasi bagi para pengunjung yang ingin bertanya lebih jauh tentang dunia tulis menulis dan penerbitan buku, sekaligus memperkenalkan literasi bagi para pengunjung cilik.

Meski tidak menargetkan penjualan, tetapi Tirta cukup dibuat bungah, karena pengunjung pameran ternyata merespon karya penulis lokal dengan cukup baik. Namun harga buku yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan buku mayor label menjadi salah satu kendala untuk penjualannya.
Selain pameran buku karya penulis lokal yang hadir dalam berbagai genre, Satupena kabupaten Semarang yang belum lama dilantik ini memang terbilang cukup aktif melakukan kegiatan dan melakukan sinergi dengan beberapa pihak.

Sebelumnya, bekerjasama dengan Balai Bahasa Satupena juga telah menyelenggarakan lokakarya penulisan dongeng, mengadakan bincang Literasi bersama Pipiet Senja, dan berhasil pula membawa karya penulis lokal untuk masuk dan dibaca lebih luas oleh para pemustaka di perpustakaan Kabupaten Semarang.

Ya, perpusda sudah berkomitmen untuk bekerjasama dengan Satupena untuk berbelanja buku karya penulis lokal dalam anggaran setiap tahunnya. Untuk tahun 2023 sebanyak 50 judul buku penulis lokal telah terserap dalam pengadaan.

Fredeswinda Wulandari, salah satu penulis lokal yang baru saja menelorkan novel terbarunya Matt, si Bocah Kardus, mengaku sangat senang karena bisa dilibatkan dalam kegiatan ini. Sementara Sri Rahayu Wilujeng mengaku motivasi menulisnya meningkat berlipat-lipat karena karyanya mendapatkan apresiasi,

Feiruzi Rufida, SH, atau yang akrab dengan panggilan Yosi, panitia acara menyebut, kegiatan ini rutin digelar setiap tahun bersamaan dengan momen peringatan Hari Kunjung Perpustakaan. Selain dirayakan dengan gelaran buku, diadakan pula lomba mewarnai, mendongeng, pemutaran film, dan kunjungan literasi dari berbagai sekolah dari PAUD, TK, hingga SMA di Kabupaten Semarang. (subagyo-SS)

Berita Terkait

Top