Tim Gabungan Lanjutkan Evakuasi Robohnya Bangunan Pondok Pesantren di Sidoarjo


Bangunan Ponpes Al Khoziny yang roboh karena kegagalan teknologi kontruksi ()foto:ist)

Semarangsekarang.com (Jakarta),-   Insiden kegagalan teknologi konstruksi    pemicu kejadian bencana terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Sebuah bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny yang berlokasi di Jalan Khr. Abbas I No.18, Buduran, Kecamatan Buduran, roboh pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 15.00 WIB.

Kejadian bermula sejak pagi hari ketika proses pengecoran lantai empat pondok pesantren dilakukan. Saat pelaksanaan salat Asar berjamaah pada pukul 15.00 WIB, tiang pondasi diduga tidak mampu menahan beban pengecoran, sehingga bangunan runtuh hingga ke lantai dasar. Peristiwa yang terjadi mendadak ini menyebabkan puluhan santri dan pekerja tertimpa material bangunan.

Sesuai rilis yang terima Semarangsekarang.com dari BNPB Jakarta, hingga Selasa (30/9/2025) pukul 09.00 WIB, total korban yang telah dievakuasi sebanyak 102 jiwa di mana 91 jiwa telah melakukan evakuasi mandiri dan 11 jiwa dibantu oleh tim SAR gabungan. Adapun satu dari 11 jiwa yang dibantu evakuasi oleh tim SAR gabungan ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Kemudian sebanyak 77 korban luka-luka telah dievakuasi ke sejumlah rumah sakit, masing-masing 34 jiwa ke RSUD Sidoarjo, 38 jiwa ke RS Siti Hajar dan 4 jiwa ke RS Delta Surya, sementara 1 korban yang meninggal dunia (MD) telah teridentifikasi. Tim gabungan masih melakukan pencarian terhadap 38 orang yang dilaporkan belum ditemukan dan diduga terjebak dalam reruntuhan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sidoarjo bersama BASARNAS, BPBD Provinsi Jawa Timur, Forkopimda Sidoarjo, BPBD Kota Surabaya, BPBD Kota Gresik, BPBD Kabupaten Nganjuk, BPBD Kabupaten Mojokerto, BPBD Kabupaten Jombang dan unsur relawan SAR terus melakukan operasi pencarian dan evakuasi hingga hari ini. Upaya assessment lokasi kejadian, pemantauan struktur bangunan yang tersisa, serta penyiapan jalur evakuasi korban menjadi fokus utama tim di lapangan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan bahwa kejadian seperti ini termasuk bencana kegagalan teknologi yang perlu diantisipasi melalui penerapan standar keselamatan konstruksi secara ketat. Masyarakat dan pengelola bangunan bertingkat diimbau untuk memastikan pengawasan teknis pembangunan agar kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang. (wahid/ss)

Berita Terkait

Top