Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the all-in-one-seo-pack domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/semara37/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Perlu Penataan dan Pengelolaan Lingkungan Atasi Banjir di Kali Babon - Semarangsekarang.com

Perlu Penataan dan Pengelolaan Lingkungan Atasi Banjir di Kali Babon


Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (kerudung merah) bersama nara sumber yang memiliki kompetensi dan dari JICA dalam upaya penanganan banjir di Kota Semarang. (foto: istimewa)

Semarangsekarang.com – Upaya percepatan penanganan banjir di kota Semarang kini terus dilakukan oleh Wali kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. Salah satu yang menjadi fokus perhatian wali kota perempuan pertama di kota Semarang tersebut adalah Kali Babon.

Menurut perempuan yang akrab disapa Ita, Kali Babon menjadi PR utama Pemkot Semarang dalam penanganan banjir. Dirinya pun menginginkan adanya pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya menjaga lingkungan di sekitaran Kali Babon.

“Kota Semarang masih ada satu PR, yaitu masalah di Kali Babon. Kami tadi sudah menyampaikan untuk dikelola hulu DAS-nya, tadi masterplan-nya lebih ke pengelolaan DAS Sungai Serayu. Tapi sebenarnya kondisinya sama seperti DAS di Kabupaten Semarang. Sehingga harapannya adanya pengelolaan yang ada di atas, ditambah pemberdayaan masyarakat, sehingga diharapkan bencana banjir terhindar di Kota Semarang,” ucap Ita di Gumaya Tower Hotel, Selasa (07/03/2023).

Dirinya kembali menyampaikan mengenai permasalahan Kali Babon ini bersumber dari hulu. Ditambah lagi, kurangnya embun atau waduk untuk menahan air dari Sungai Mluweh menuju Kali Pengkol membuat masalah banjir sulit teratasi.

“Permasalahannya ada di hulu, dan di hulu itu memang harus ditata. Memang ada satu waduk atau embung di Jratun, tapi itu masih kurang. Saya tadi mohon kalau bisa ada lagi bendung di dekat Sungai Mluweh. Karena Sungai Mluweh ini kan yang turun ke Kali Pengkol, Dinar,” imbuhnya.

“Tapi memang tahun 2023 belum bisa, diharapkan tahun 2024. Sambil menunggu pembangunan DAS-nya di atas, diharapkan kita bisa mulai mengelola, karena yang penting ini kan mengelola lingkungan, tidak hanya infrastrukturnya. Kami akan melakukan pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan lingkungan di ujung perbatasan Kabupaten Semarang dengan Kota Semarang,” lanjut Ita.

Mengenai permasalahan banjir di Kota Lama, Ita optimis dapat meminimalisir banjir di kawasan Kota Lama karena tahun ini akan ketambahan pompa air dari Kementrian PUPR. “Kalau Kota Lama, dari hasil evaluasi memang kurang pompa air, harusnya ada 4 pompa air,” tambahnya.

Kurang maksimal

Kawasan Kota Lama masih ada tiga pompa air. Dan tahun ini akan dipenuhi. Jadi ada beberapa yang dibantu oleh Kementrian PUPR. Sebenarnya sudah ada pompa di Kota Lama, tapi kapasitasnya memang masih kurang maksimal. Dengan tambahan pompa air itu, semoga dapat meminimalisir banjir.

Dalam acara bertema stakeholder meeting for the project for flood control master plan toward disaster risk reduction investment tersebut hadir beberapa nara sumber yang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing, diantaranya Imam Budidarmawan Prasodjo, Budi Santoso Wignyosoekarto dan juga dari JICA, Takashi Toyoda. (subagyo-SS)

Berita Terkait

Top