Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the all-in-one-seo-pack domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/semara37/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Tanyang Perdana Film “Sampai Nanti, Hanna - Semarangsekarang.com

Tanyang Perdana Film “Sampai Nanti, Hanna


Para pemeran film “Sampai Nanti, Hanna, memberikan keterangan pres saat tayang perdana (foto : ist)

Semarangsekarang.com (Jakarta),- Wakil Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bambang Soesatyo mengapresiasi penanganan perdana film “Sampai Nanti, Hanna!”. Film bertema romansa ini mengambil latar belakang era 1990-an. Diadaptasi dari kisah nyata yang memberikan inspirasi serta membawa berbagai makna bagi para penontonnya.

“Selain menggambarkan cinta yang terpendam, “Sampai Nanti, Hanna, juga mengangkat tema lain, seperti tekanan dalam hubungan, trauma emosional, dan keberanian untuk melepaskan diri dari masa lalu. Film ini juga mengajak penonton untuk merenungkan bagaimana cinta yang terpendam dan hubungan yang tidak sehat dapat memengaruhi kehidupan seseorang,” ujar Bamsoet usai menghadiri penayangan perdana film “Sampai Nanti, Hanna!” di Jakarta, Jumat malam (29/11/24).

Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, ini mengajak para insan perfilman untuk memperbanyak memproduksi film nasional di tengah gempuran film asing. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada pelestarian budaya, tetapi juga pada penguatan identitas nasional, perkembangan industri kreatif, dan peningkatan perekonomian nasional.

“Memperbanyak film nasional merupakan respon terhadap tantangan globalisasi yang sering kali mengancam keberadaan seni dan budaya lokal. Dalam era digital yang dipenuhi dengan konten global, film nasional menjadi sarana perlindungan terhadap budaya lokal. Dengan menghadirkan cerita asli Indonesia, film dapat menjadi alat yang efektif untuk melawan homogenisasi budaya yang sering mengancam keberadaan identitas nasional,” kata Bamsoet.

Bamsoet menambahkan, meningkatkan jumlah produksi film nasional dapat mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif. Industri film tidak hanya melibatkan para pembuat film, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi berbagai profesi, mulai dari penulis naskah, aktor, hingga tenaga teknis. 

“Dengan memperbanyak film nasional, kita juga mendorong investasi dalam sektor ekonomi kreatif, sehingga perekonomian nasional dapat berkembang. Keberhasilan film nasional di pasar domestik dapat pula memicu keinginan untuk mengekspor karya-karya tersebut ke luar negeri dan memberikan dampak positif yang lebih besar,” pungkas Bamsoet. (mbo/ss)

Berita Terkait

Top