Esthi Luncurkan Buku Kumpulan Puisi


Flyer Pembacaan Puisi oleh Esthi Susanti Hudiono.

Semarangsekarang.com – Ketua Bidang Nonfiksi Satupena Jawa Tengah Dra Esthi Susanti Hudiono MSi akan meluncurkan buku kumpulan puisinya di Galeri Industri Kreatif, Jalan Garuda 1, Kota Lama, Semarang, Sabtu, 6 Mei 2023. Buku kumpulan puisi itu berjudul “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada”.

Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang Dr Endang Sarwiningsih Setyawulan SE MM Ak mengatakan, peluncuran buku kumpulan Esthi itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan Pameran Literasi dan Kearsipan. Selain peluncuran dan pembacaan buku puisi, juga ada performing art, sosialisasi metaverse dan penangkalan hoaks.

“Sosialisasi metaverse akan disampaikan tim dari Universitas Katolik Soegijapranata. Sosialisasi penangkalan hoaks oleh Gunawan Permadi dari Suara Merdeka. Sedangkan performing art oleh Lissari Anggraeni dari Ekokraf,” katanya.

Esthi ketika menjelaskan proses kreatif puisi-puisinya mengatakan, peluncuran buku kumpulan puisinya yang didukung Satupena Jawa Tengah, Bengkel Sastra Taman Maluku, Komunitas Cipta Damai, dan Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang, mengambil momen ulang tahunnya ke-64 yang sering disebut sebagai tumbuk ageng.

“Tumbuk ageng saya adalah momen kesadaran terpenting. Momen remajaku muncul berupa mantera tentang tanggung jawab 100 persen hidupku di tangan. Mantera ini telah menjadi kenyataan dan telah saya tunaikan dengan lunas. Saya telah mempertanggungjawabkan hidup dengan tidak salahkan siapapun. Sikap dan perilaku yang saya pilih adalah tanggung jawab saya,” ujarnya.

Menurut Esthi, periode titik balik di mana ia berada di puncak pada usia 64 tahun juga melahirkan kesadaran tinggi. Kini ia tak lagi terikat pada dunia fana dan bukan lagi milik dunia. Ia merasa terikat pada hukum spiritual. Hidup di dunia fana tetapi hatinya terikat di dunia baka.

Esthi menuturkan, masa remajanya dilalui dengan hati merasa sepi dan terasing. Rasa keterasingan yang begitu lama hidup dalam diri. Ketika ia telah selesai dengan urusan dirinya. Keterasingan itu tersingkap dengan banyak kawan menyambut.

“Pada saat saya bukan lagi milik yang fana, justru saya masuk ke dalam keramaian untuk memberikan nilai-nilai yang mendukung peradaban. Hal ini mendorong kelahiran puisi-puisi saya,” tambahnya. (subagyo-SS)

Berita Terkait

Top