Satupena Jateng Gelar Kajian Keislaman dan Keindonesiaan di Cilacap
Suasana Kajian Keislaman dan Keindonesiaan oleh Satupena Jawa Tengah di Glempang Pasir Adipala Cilacap. (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com (Cilacap) – Perkumpulan Penulis Indonesia “Satupena” Jawa Tengah kembali menggelar kegiatan Kajian Keislaman dan Keindonesiaan dengan tema Spirit Tahun Baru Islam untuk Menguatkan Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah, dan Wathaniyah” di Glempang Pasir, Adipala, Cilacap, Minggu, 6 Agustus 2023 lalu.
Kegiatan tersebut berlangsung di kediaman Ketua Umum Satupena Kabupaten Cilacap Ade Sutisna yang sekaligus menjadi Sekretariat Satupena setempat.
Hadir sebagai pembicara KH Dani Mohammad Hasan Saeful Mubarok yang akrab dipanggil Ustaz Dani dan KH Imam Tabrani, Kepala Kankemenag Kabupaten Pekalongan asal Cilacap, yang juga Penasihat Satupena Kabupaten Cilacap.
Baik Ustaz Dani maupun Imam Tabrani menganjurkan, agar umat Islam menjunjung tinggi hubungan persaudaraan tanpa melihat perbedaan kulit, suku, bahasa, dan kewarganegaraan. Salah satunya adalah dengan memperkuat ukhuwah islamiyah, persaudaraan antar-sesama umat Islam yang telah diajarkan di Al-Quran dan Hadis.
Ustaz Dani menyampaikan, Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya saling mengenal dan berkembang biak. Karena itu, dalam Islam tidak ada istilah kehilangan generasi.
“Kita bersyukur dilahirkan dan hidup di Indonesia. Indonesia yang mayoritas 88 persen beragama Islam benar-benar merupakan rahmat bagi kita. Kita dapat beribadah dengan tenang. Kita juga bersyukur sudah mengenal Islam lebih awal bila dibandingkan dengan negera-negara Eropa, misalnya”, ujarnya.
Ustaz Dani sangat prihatin melihat beberapa negara di Eropa sudah melegalkan LGBT. “Kita bisa bayangkan bagaimana populasi manusia di dunia beberapa tahun mendatang dengan legalitas LGBT ini. Bisa dipastikan lambat laun manusia akan punah karena sudah tidak berkembang biak meneruskan keturunannya,” tegasnya.
Iman dan takwa
Dalam konteks keislaman dan keindonesiaan, lanjut dia, salah satu prasyarat untuk menjadi negara yang baldatun toyyibatun wa robbun ghofur, yaitu iman dan takwa. Ada kaidah seeing is believeing (melihat maka percaya) dan believing is seeing (dari percaya/yakin, maka akan melihat).
Sesuatu yang terlihat biasanya berasal dari yang tidak terlihat. Contoh yang terlihat adalah jagat fisik kita, sementara yang tidak terlihat yaitu ruh, emosi, rasa, mental, dan lain sebagainya.
KH Imam Tabroni menambahkan, tema Spirit Tahun Baru Islam untuk Menguatkan Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah, dan Wathaniyah yang diangkat merupakan upaya untuk mencoba memahami kembali hakikat kebersamaan.
“Bahwa pilar kerukunan umat dibangun di atas ukhuwah, yakni adanya persatuan, di mana umat sebagai mayoritas, maka ukhuwah islamiyah merupakan sebuah keniscayaan.
Untuk itu, demikian Imam., persaudaraan antar-umat Islam, meski berbeda latar belakang keorganisasian maupun pengamalan keagamaan harus tetap dirawat dengan baik. “Tidak ada istilah saling merendahkan satu sama lain, justru yang ada saling membantu dan saling menguatkan” ujarnya.
Menurut Imam, sebagai sebuah bangsa, Indonesia dibangun dengan semangat ukhuwah wathoniyah. Persaudaraan dalam satu bangsa yaitu Indonesia, karena fakta sosialnya Indonesia memiliki keragaman agama, namun hidup dalam satu negeri bersama secara harmonis.
Ketua Umum Satupena Jawa Tengah Gunoto Saparie mengapresiasi kegiatan sinergis dari Satupena Kabupaten Cilacap yang memiliki komitmen untuk berupaya menggemakan persatuan dan kesatuan di kalangan umat beragama, kali ini Islam. Karena dalam Islam sendiri ada berbagai aliran yang berbeda dan harus dikelola dengan baik.
“Perbedaan adalah rahmat. Jangan sampai perbedaan itu menjadi penyekat kerukunan dan toleransi di kalangan internal muslim,” ujarnya. (subagyo-SS)