Nelayan Desa Ujungbatu Mengeluhkan Pendangkalan Muara Kali Wiso


Aktifitas nelayan Desa Ujungbatu terganggu oleh pengendapan yang terjadi di muara Kali Wiso (Foto : Donnie)

Semarangsekarang.com (Jepara),- Mislu Khandil, Wakil Ketua Kelompok Nelayan Kartini Maritim Desa Ujungbatu, Kecamatan  Jepara, Kabupaten Jepara, mengaku prihatin dengan kondisi sekitar  muara sungai Kali Wiso Jepara yang terus mengalami pendangkalan. Tumpukan sedimentasi, itu menurut Khandil  menyebabkan kerusakan  baling-baling penggerak kapal nelayan. Itu sering terjadi baik    waktu berangkat melaut ataupun pulang melaut. Penyebabnya   karena baling-baling  kandas, oleh material  pendangkalan  di muara Kali Wiso. Padahal,  sekitar bulan Agustus silam sudah diadakan normalisasi di muara sungai tersebut.

“Semenjak adanya proyek pengerukan atau normalisasi,    muara kali jadi tidak normal. Pada saat air surut para nelayan dipastikan kapalnya akan kandas di muara kali wiso.  Padahal sebelumnya saat surut masih bisa lewat meskipun satu jalur saja,” ungkap Khandil saat ditemui oleh awak media. Senin (02/12/2024)

Pendangkalan, itu menurut Khandil, terjadi karena Sebagian lumpur hasil  pengerukan hanya disisihkan kepinggir kali bagian Utara (dekat TPI Ujungbatu, bukannya diangkut ke darat semua. Akibatnya, saat terkena ombak  tumpukan lumpur yang disisihkan di pinggir kali,  balik lagi ke tengah muara,  menyebabkan pendangkalan  Kembali.

Khandil menyayangkan Proyek pengerukan   muara Kali Wiso yang terkesan asal-asalan. Apalagi, setelah proyek, tersebut para nelayan kerkena dampaknya  secara langsung.  Akses  mereka melaut untuk mencari nafkah jadi tersendat.

“Semoga  Pemkab  Jepara dan  pihak terkait dapat mengkaji ulang proyek normalisasi yang benar-benar membuat aktivitas nelayan menjadi normal. Tidak terkesan menghambur-hamburkan anggaran, dan malah menyusahkan para nelayan,” kata Khandil.

Sebelumnya, masalah,  ini pernah dikonfirmasi   awak media kepada  Kabid Pengairan PUPR kabupaten Jepara, Teguh Arifianto, ST, M.Ars.  Saat itu Teguh Arifianto  mengatakan, bahwa metode pengumpulan endapan lumpur disisi pinggir muara Kali Wiso benar adanya. Dengan harapan dapat menjaga dinding talud agar tidak tergerus oleh Ombak, karena sebagian dinding talud banyak yang berongga karena abrasi. “Memang sebagian lumpur di sisihkan ke pinggir kali, guna melindungi dinding talud kali dari abrasi,” ujar Teguh.

Menurut  Kabid Pengairan, metode itu dipilih karena keterbatasan angaran  dan tidak ada rancangan anggaran untuk proyek tersebut.  Proyek pengerukan itu dilaksanakan atas  intruksi dari Pj. Bupati atas keluhan masyarakat.

“Anggaran terbatas sehingga  pengerukan tidak bisa dilaksanakan dengan maksimal sampai normal. Hanya beberapa kubik  yang dapat diangkut ke darat, sesuai ketersediaan anggaran. karena pembayaran dihitung dari kubikasi lumpur yang di angkut dan sudah mencapai batas kubikasi yang telah dianggarkan,” pungkasnya. (boedi/ss)

Berita Terkait

Top