Tradisi Dugderan 2024, Warga Minta Wahana Hiburan Diadakan Lagi.


Tradisi Dugderan tahun 2024, usai tanpa wahana permainan anak (foto : subagyo)

Semarangsekarang.com (Semarang)- Tradisi Dugderan menyambut bulan suci Ramadan 1445 H atau 2024 dikawasan Johar, terasa hambar. Karena tradisi, tersebut tidak menyertakan wahana hiburan berupa komedi putar, bianglala, atau tong stand. Padahal, tradisi Dugderan yang digelar setiap tahun di Kota Semarang, itu identik dengan komedi putar, bianglala, serta tong stand.
Sebagaimana lazimnya, Dugderan di Johar kami inipun, dimanfaatkan masyarakat untuk mencari kulineran khas hingga mainan tradisional. Sebab, moment Dugderan hanya bisa ditemukan warga Semarang satu tahun sekali di Pasar Johar.
Salah satu warga, Ani (42), berharap tahun depan pasar Dugderan, tradisi menyambut bulan Ramadan bisa lebih ramai. Dirinya mengaku ada yang janggal, dengan ketiadaan wahana hiburan yang sudah familiar ada di setiap tahunannya.
“Kayaknya kurang seru aja, kalau Dugderan tanpa wahana seperti bianglala, komedi putar dan lainnya. Kalau bisa tahun depan diadakan supaya acara pesta tahunan rakyat di Semarang jadi makin meriah,”ujarnya, Senin malam bersamaan dengan berakhirnya tradisi Dugderan.
Dirinya mengaku, tiap tahun rutin datang ke pasar malam Dugderan, untuk ingin membeli gerabah untuk anaknya dan sekaligus ponakan yang berada di luar kota. “Mesti tiap tahun datang ke sini, dan beli mainan aneka gerabah, piring, ceret, wajan, dan dijadikan oleh- oleh saat mudik untuk ponakan yang ada di Purwokerto,” imbuhnya
Menurutnya, moment Dugderan yang hanya setahun sekali diadakan ini membuat masyarakat ingin kembali bernostalgia mengingat saat masa lalu. “Dulu masih kecil, sering diajak orangtua ke pasar malam Dugderan. Ya, beli mainan dan terus main wahana yang ada,”pungkasnya.
Salah satu pedagang mainan, Agus mengaku, mengaku sejak berjualan di tradisi Dugderan Pasar Johar Februari 2024 lalu, memang belum memperoleh hasil yang menggembirakan. Meski demikian, dia bersyukur sudah bisa mengantongi sedikit keuntungan dari hasil penjualannya setiap hari.
“Tahun ini penjualannya kurang, tapi cukup karena ada keuntungan yang rata-rata pendapatan Rp 300- Rp 400 ribu perhari. Dibandingkan tahun lalu, pelanggan yang datang kemarin cenderung berkurang, mungkin karena kondisi ekonomi saat ini sedang lemah, membuat daya beli masyarakat belum baik,”ujarnya, saat ditemui di lapaknya yang menjual anena mainan.
Pedagang asal Jepara ini, menjelaskan meski pendapatannya tidak menentu dan bervariasi, dirinya masih bisa mengantongi keuntungan dari penjualannya saat moment tahunan Tradisi Dugderan ini. “Pendapatan per harinya kadang naik dan turun, kadang kalau ramai dapat uang sampai Rp 700 ribu sampai Rp 1 juta,”katanya.
Aneka mainan yang dijajakan, lanjut Agus, seperti gerabah, topeng, celengan dan kapal-kapalan untuk klangenan. “Mainan gerabah dijual Rp 25 ribu, per 10 bijinya. Lalu, celengan, topeng mulai Rp 20-50 ribu tergantung ukuran dan bentuknya,” kata pedagang yang berjualan sampai wilayah Jawa Timur ini untuk meramaikan tradisi di daerah – daerah (subagyo/ss)

Berita Terkait

Top