RRM Brebes, Hijrah dari Riba
Mohammad Badrun koordinator RRM Brebes (kanan). (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com (Brebes) – Bagi sebagian masyarakat Brebes. organisasi Resik-resik Masjid (RRM) Kabupaten Brebes Jawa Tengah, bukan sesuatu yang asing. Hampir lima tahun lamanya, mereka sudah menjelajah disebahagian wilayah paling barat provinsi Jawa Tengah ini.
Setiap minggu, RRM membersihkan masjid, berdasar permintaan dari takmir yang bersangkutan. Tetapi ketika permintaan meningkat, mereka bisa mengerjakannya hingga beberapa kali dalam seminggu. Bahkan mendekati bulan puasa 2024 silam, kelompok ini melakukan bersih-bersih masjid setiap hari.
“Kami memiliki jadwal setiap Sabtu dari jam 09.00-12.00 WIB. Tetapi jika permintaan sangat banyak kita berusaha memenuhinya, meski harus dilakukan setiap hari berurutan dari masjid ke masjid,” kata Mohammad Badrun koordinator RRM Brebes kepada Semarangsekarang.com beberapa waktu lalu.
Dalam perjalanan, niat baik RRM, tak menjamin mereka selalu mendapat kemudahan. Ada beberapa kasus, yang turut mewarnai perjalanan RRM. Seperti, ketika ada Ketua Takmir masjid yang tidak mengizinkan masjidnya dibersihkan. Padahal, sebelumnya takmir masjid sudah berkirim surat meminta agar masjid mereka dibersihkan. Secara sepihak Ketua Takmir membatalkan rencana yang sudah disusun, dengan alasan yang mengada-ada.
“Waktu ada kasus penusukan terhadap Menkopolhukkam Jendral (purn) Wiranto pada 2019, kami juga sempat dicurigai terlibat, sampai akhirnya dipanggil ke Polres untuk mengkalarifikasi. Alhamdulillah, polisi bisa menerima dan memahami keberadaan RRM,” kata Kang Oeoen panggilan akrab Mohammad Badrun.
Kini, mereka tidak hanya melulu melakukan kegiatan resik-resik mesjid. Tetapi juga ada kegiatan sosial hingga kajian keagamaan. Bukan saja jenis kegiatannya yang bertambah, RRM berupaya melebarkan sayapnya untuk mengajak beramar ma’ruf bersama kelompok masyarakat lain. Seperti gank motor dan lapas Brebes. Bukan hanya kaum lelaki saja, tetapi juga ibu-ibu atau para istri. Mereka bahu membahu berbagi tugas membersihkan masjid.
“Kami berpedoman, tidak akan merepotkan takmir. Makanya segala kebutuhan kami bawa sendiri, mulai dari sabun peralatan hingga genset untuk menghidupkan mesin cuci, mesin karpet dan vacum cleaner,” ungkap Kang Oeoen.
Salah satu kegiatan RRM Brebes, ketika membersihkan tempat wudhu masjid. (foto: istimewa)
Anti Riba
RRM Kabupaten Brebes berdiri sejak 2019. Idenya muncul dari keresahan anggotanya. Batin mereka bergejolak, lantaran pekerjaan yang digeluti berkaitan dengan urusan riba. Beberapa akhirnya memutuskan diri keluar dari pekerjaan yang telah membuatnya tidak tenang.
Dalam pergolakan, mereka sering berkumpul dan membentuk majelis ilmu. Mereka saling menguatkan, berdiskusi, dan mencari jalan keluar. Salah satu yang dihasilkan dari perbincangan, tersebut adalah mendirikan RRM. Resik-resik masjid dipilih karena banyak yang memerlukan, sekaligus sebagai pelarian dari kegelisahan yang dirasa.
Setelah RRM berdiri, masjid pertama yang dibersihkan adalah masjid Islamic Center. Saat itu RRM mengajukan diri dan meminta izin untuk membersihkan masjid Islamic Center. Permintaan tersebut disambut baik oleh pihak takmir masjid. Sejak itu keberadaan mereka mulai dikenal masyarakat. Satu persatu takmir mengajukan diri, meminta agar masjidnya dibersihkan.
“Makin lama kebutuhan CC peralatan dan perlengkapan semakin besar. Maka kami buka donasi, tujuan awalnya untuk membeli mobil, guna mengangkut semua peralatan termasuk genset,” kata Kang oeoen menambahkan.
Selain peralatan, RRM juga memerlukan legalitas. Khawatir terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, RRM berniat membuat badan hukum. Namun nelum lagi terlaksana, ternyata ada lembaga serupa yang sudah berbadan hukum. Karena itu RRM Brebes memilih bergabung dengen yayasan resik-resik masjid Jawa tengah, yang berpusat di Semarang.
“Alhamdulillah teman kami makin banyak, kami juga semakin tenang. Berkat kegiatan resik-resik masjid, teman-teman yang hijrah dari riba sudah tidak gelisah. Dan itu membuat kami semua merasa kian tenang,” kata Mohammad Badrun lagi. (m budiono-SS)