Sangkar Wiku Book Club Gelar Bincang Literasi 2025


Bincang Literasi 2025 (foto:ist)

Semarangsekarang.com (Semarang),- Komunitas literasi Sangkar Wiku Book Club akan menyelenggarakan kegiatan Bincang Literasi 2025 di Toko Oen, Jalan Pemuda No. 52, Semarang, Sabtu (18/10/2025), pukul 15.00–17.00 WIB. Acara ini mengangkat topik “Kesusastraan dan Kesehatan Mental”, sebuah tema yang dinilai relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.

Menurut Maya Dewi, co-founder Sangkar Wiku Book Club, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh situasi kehidupan modern yang semakin kompleks dan menekan, sehingga banyak orang mengalami gangguan kesehatan mental.

Dalam konteks itu, kesusastraan dapat berperan sebagai sarana pemulihan dan penyeimbang batin. Membaca dan menulis sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Membaca dapat mengurangi stres, meningkatkan fungsi kognitif, dan memperbaiki kualitas tidur. “Sementara menulis dapat menjadi katarsis emosional dan membantu seseorang mengelola perasaan,” ujar Maya.

Selain Maya Dewi sendiri, acara Bincang Literasi 2025 juga akan menghadirkan sejumlah narasumber lain, yakni Samuel Wattimena, anggota DPR-RI sekaligus pendiri Sangkar Wiku Book Club; Kristin Samah, penulis dan jurnalis senior; serta Gunoto Saparie, Ketua Umum Satupena Jawa Tengah.

Keempatnya akan berbagi pandangan tentang bagaimana karya sastra, baik melalui aktivitas membaca maupun menulis, dapat menjadi medium penyembuhan dan penguatan mental di tengah tekanan hidup modern.

Maya Dewi menjelaskan, Sangkar Wiku Book Club merupakan klub buku yang didirikan oleh desainer Samuel Wattimena dengan tujuan meningkatkan literasi masyarakat di Jawa Tengah, khususnya di Semarang. Klub ini diluncurkan tahun lalu di Hotel Kotta, Semarang, sebagai wadah bagi komunitas literasi dan masyarakat umum untuk berdiskusi, bertukar gagasan, serta menumbuhkan budaya membaca dan menulis.

Dengan diadakannya Bincang Literasi 2025, Sangkar Wiku Book Club berharap kesadaran tentang pentingnya literasi dan kesehatan mental dapat tumbuh lebih luas di kalangan masyarakat. “Kami ingin membuktikan bahwa kesusastraan tidak hanya bicara tentang keindahan kata, tetapi juga tentang kekuatan untuk menyembuhkan,” katanya.

“Kegiatan ini diharapkan menjadi ruang dialog yang hangat antara sastrawan, pegiat literasi, serta masyarakat yang peduli pada isu kesehatan mental dan kebudayaan membaca,” tambahnya. (subagyo/ss)

Berita Terkait

Top