Ketua MPR RI: Pemilih Cerdas Bisa Selamatkan Demokrasi Pancasila


Ketua MPR RI (dua dari kiri) saat mengunjungi kediaman Wakil Bupati Kabupaten Purbalingga Sudono, Sabtu (10/02/2024). (foto: istimewa)

Semarangsekarang com (Purbalingga) – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengajak para kontestan politik dan pendukungnya, dari mulai Capres – Cawapres, Caleg DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, serta DPD RI, untuk mengakhiri kampanye terbuka dengan tetap menjaga keamanan, ketertiban, dan kedamaian. Sekaligus menyambut minggu tenang dari 11-13 Februari 2024 dengan kondusif, sehingga warga bisa menggunakan hak pilihnya pada 14 Februari 2024 dengan nyaman dan aman.

“Hari ini, ketiga pasang Capres – Cawapres melaksanakan kampanye akbar terbuka di beberapa tempat berbeda. Anies-Muhaimin di Jakarta International Stadium (JIS) Jakarta, Prabowo-Gibran di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta serta Ganjar-Mahfud di Benteng Vastenburg, Solo dan di Lapangan Pancasila, Semarang. Alhamdulilah sejauh ini kondisi kebangsaan masih sangat kondusif,” ujar Bamsoet dalam kunjungan silaturahmi ke rumah berbagai tokoh di Kabupaten Purbalingga, Sabtu (10/02/2024).

Bamsoet mengatakan, mulai besok saatnya para kontestan politik untuk cooling down. Memberikan kesempatan kepada rakyat untuk berfikir dengan jernih dalam menentukan pilihannya, tanpa perlu diintervensi oleh kampanye di luar jadwal apalagi dengan menggunakan politik uang.

“Masyarakat harus bisa menjadi pemilih cerdas. Jangan jual masa depan bangsa hanya karena Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu. Karena jika memilih pemimpin hanya karena uang, resikonya akan mudah ditinggalkan. Dengan menjadi pemilih cerdas, kita bisa menyelamatkan Demokrasi Pancasila agar tidak terjebak dalam demokrasi angka-angka yang menjurus kepada demokrasi komersialisasi dan kapitalisasi, dan berujung kepada oligarki,” jelas Bamsoet

Tetap waspada

Ketua MPR RI berharap TNI-Polri juga harus tetap waspada. Dibalik harapan dan upaya mewujudkan Pemilu yang damai, berbagai potensi upaya mengganggu jalannya Pemilu masih tetap ada. Khususnya terkait potensi ancaman terorisme. Berkaca pada Pemilu 2019 lalu, setidaknya ada 6 aksi serangan teror, peristiwa tersebut tidak boleh terjadi di Pemilu 2024.

“Kini ditambah kondisi Pemilu, semakin membuat teroris dengan mudah memiliki celah dalam melancarkan aksinya. Pembelahan yang terjadi pada Pemilu 2019 lalu dengan terminologi Cebong, Kampret, dan Kadrun, tidak boleh terjadi lagi pada Pemilu 2024. Sejarah membuktikan, karena kuatnya ikatan kebangsaan, hingga hari ini Indonesia masih tegak berdiri. Namun kita juga tidak boleh terlena, karenanya kewaspadaan harus tetap dikedepankan,” pungkas Bamsoet. (aria-SS)

Berita Terkait

Top