Semarang Contemporary Gallery Saksi Sejarah Kota Lama
Semarang Contemporary Gallery di kawasan Kota Lama Semarang (foto : mbo)
Semarangsekarang.com (Semarang),- Long weekend dalam rangka Maulid Nabi SAW tahun 2024 menyebabkan banyak kemacetan, salah satunya di kawasan Kota Lama Semarang. Di tempat ini para pengendara dipaksa memacu kendaraannya dengan sangat pelan. Laju kendaraan mereka tertahan oleh ratusan wisatawan yang berjalan beriringan menuju gedung-gedung yang menjadi destinasi para pelancong di kawasan Kota Lama..
Salah satu gedung yang cukup banyak mengundang wisatawan untuk datang adalah Semarang Contemporary Gallery. Gedung ini terletak tak jauh dari lokasi berdirinya Gereja Blenduk salah satu ikon Kota Lama. Berdasar pantauan semarangsekarang.com pada Minggu (15/9/2024), puluhan wisatawan datang silih berganti melihat-lihat seisi bangunan. Jumlahnya tidak berjubel, tetapi datang mengalir silih berganti, dan terus mengalir tak pernah berhenti.
“Hari ini pengunjung yang datang cukup banyak, seperti biasanya kalau hari libur. Tetapi jumlahnya baru akan diketahui setelah gallery ditutup sesuai jumlah tiket yang terjual,” kata Rico salah satu petugas jaga yang tugas.
Menurut Rico, pengunjung yang datang umumnya dari luar Sekarang. Mereka sengaja datang untuk menyaksikan lukisan yang dipamerkan di tempat tersebut. Dengan harga tiket Sebasar Rp. 25.000 pengunjung bisa merasakan kenyamanan di dalam gedung tersebut.
Selain menampilkan puluhan lukis dari para pelukis yang sudah tersohor, para pengunjung juga bisa berselfi, dengan latar belakang yang instragamabel. Bisa berlatar belakang lukisan, arsitektur gedung yang megah, hingga gedung gedung tua lainnya yang berada disekitar Semarang Contemporary Gallery. Beberapa pelukis yang menampilkan karyanya adalah, Labadioupiko, Ikikoror, hingga Dadangrukmana.
Gedung Semarang contemporary gallery sendiri sudah ada sejak tahun 1822. Saat itu bangunan dua lantai itu menjadi tempat tinggal bagi Pastur L. Prinsen, sekaligus tempat ibadah umat katolik sebelum berdirinya gereja Gedangan didirikan (tahun 1875).
Pada 1918 gedung tersebut sempat dirubuhkan dan dibangun gedung baru. Bangunannya terpengaruh gaya Spanish Colonial dan tidak punya halaman. Di depannya berdiri taman Paradeplein tempat serdadu Belanda berparade. Kemudian pada 1937 dipakai sebagai kantor perusahaan asuransi pertama di Indonesia, yaitu De Indische Lloyd.
Pada periode berikutnya bangunan tersebut diambil alih oleh Tasripin salah satu pengusaha pribumi. Dalam perjalanannya gedung tersebut juga pernah disewakan untuk gudang dealer motor kantor farmasi dan pabrik sirup fresh. Tahun 2007 Chris Dharmawan melakukan konservasi atas bangunan tersebut dan sejak 2008 dipakai sebagai sebagai Semarang Contemporary Gallery. Melihat perjalanan sejarahnya, tak salah bila Semarang Contemporary Gallery termasuk saksi sejarah perjalanan kota lama. (mbo/ss).