Perumahan Jatisari Asri RW 6 BSB Mijen Kembali Diluberi Banjir


Warga saat melintas di genangan banjir di kawasan perumahan Jatisari Asri RW 6 BSB, Mijen, Kota Semarang. (foto: istimewa)

Semarangsekarang.com – Banjir kembali meluberi Perumahan Jatisari Asri RW 6 BSB, Mijen, Kota Semarang, saat hujan mengguyur dengan intensitas tinggi di wilayah Mijen, Sabtu (06/01/2024) sore.

Banjir kali ini adalah yang pertama di tahun 2024 dan yang kelima kalinya sejak proyek drainase DPU Kota Semarang selesai pada September 2023 lalu. Banjir kali ini juga termasuk cukup parah dibandingkan empat kajadian sebelumnya, terakhir terjadi pada 25 Desember 2023. Air menggenangi wilayah RW 6 dengan ketinggian sebatas paha hingga pinggang orang dewasa.

Dua saluran drainase tak mampu menahan debit air yang datang dengan cepat. Termasuk drainase milik DPU, digadang bisa mengatasi namun malah menjadi penampungan air. Aktivitas warga RW 6 Jatisari otomatis terhenti, termasuk hajatan warga yang terganggu akibat kursi-kursi di tenda acara ikut hanyut terendam banjir.

Warga juga berjaga-jaga untuk mengantisipasi air dan lumpur masuk ke rumah. Sebab sudah ada sebagian rumah warga yang sudah kemasukan air.
“Sudah antisipasi menutup saluran di hulu namun hanya mampu bertahan 30 menit saat hujan saja, selebihnya limpasan air kembali masuk,” kata Supriyadi, Ketua RW 6 Jatisari Asri.

Hujan yang turun sejak pukul 14.00 WIB ini akhirnyalimpahan air hujan menggenangi sepanjang saluran drainase DPU dari Jalan Parkit hingga Jalan Gelatik. Dari empat kejadian banjir sebelumnya di wilayah tersebut, Supriyadi sebenarnya sudah melaporkan kepada kelurahan dan kecamatan untuk ditindaklanjuti oleh DPU Kota Semarang.

Hasilnya pada Selasa 2 Januari 2024 lalu sudah sempat diadakan pertemuan antara DPU Kota Semarang dengan pihak kelurahan dan Kecamatan Mijen serta pengembang BSB.

Hasil pantauan lapangan bersama DPU, penyebab air menggenang akibat adanya gulungan air yang tak bisa menembus masuk ke drainase baru. Di tambah limpasan air dari luar komplek perumahan yang ikut dialirkan memanfaatkan dua saluran drainase perumahan.

Padahal drainase itu didesain hanya untuk kebutuhan pengendalian air dari perumahan saja. “Air seperti ditampung sehingga genangan air lama surut, menyebabkan di RT 4, 5 dan 8 terjadi gulungan air, jadi air yang dari RT itu tak bisa menembus dari saluran baru karena debet besar sehingga air antri maka menyebabkan genangan,” katanya.

Sodetan

DPU awalnya memutuskan untuk membuat sodetan antar saluran air gang perumahan menuju drainase baru. Tapi warga meminta ada pelebaran di saluran hilir, sebab menjadi pertemuan dua saluran yang menyempit (bottleneck) dan terjadi antrian air yang dibuang ke Kali Blorong.

Dari hasil rembugan akhirnya diputuskan melebarkan saluran dihilir dan dibuat semacam mini dam atau bendungan untuk penampungan air. “Tapi hujan keburu turun lagi sebelum ada tindak lanjut keputusan itu. Kami warga minta DPU segera merealisasikannya sebelum musim penghujan turun,” katanya.

Genangan air baru berangsur surut saat hujan reda sekitar pukul 16.00 WIB. Warga kembali membersihkan air dan lumpur yang masuk ke rumah.

Sebelumnya, kejadian limpasan dan genangan air pernah terjadi merendam kompleks RW 6 Jatisari Asri BSB Mijen pada November 2020 lalu. Waktu itu genangan lebih dari satu meter merendam puluhan mobil dan kendaraan bermotor roda dua. Dimabna air membawa lumpur dan pasir masuk ke rumah-rumah warga. Peristiwa tiga tahun lalu itu juga menyebabkan satu masjid terendam hingga menjebol tembok sebab tak kuat menampung air. (subagyo-SS)

Berita Terkait

Top