Kepala Barantin Dorong UMKM Intensifkan Ekspor Sarang Walet

kepala Barantin didampingi Kepala Karantina Jateng berfoto bersama dengan pengusaha UMKM Sarang Walet dari Jateng(foto : humas badan Karantina)
Semarangsekarang.com (Semarang),- Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M Panggabean mendorong agar ekspor sarang burung walet (SBW) tidak hanya dilakukan para pengusaha besar. Tetapi juga dapat dilakukan oleh pelaku usaha sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menurut Sahat, selama ini ekspor SBW terutama ke Tiongkok, hanya dapat dilakukan oleh pelaku usaha yang sudah besar, lantaran banyaknya persyaratan dari negara tujuan yang harus dipenuhi.
“Ini perlu di perhatikan bersama, supaya tidak hanya pelaku yang sudah biasa. Tapi kalau bisa kita bersinergi, para pelaku UMKM juga bisa ekspor, kita lakukan kerjasama yang baik, pembinaan dan lainnya. Jadi semuanya mendapat manfaat,” ungkap Sahat saat bertemu dan berdiskusi bersama pelaku usaha UMKM sarang burung walet di Salatiga, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Kendala yang dihadapi UMKM SBW, menurut Sahat adalah persyaratan negara tujuan ekspor, terutama ke China. Meski negara tersebut menjadi negara yang memiliki nilai beli yang paling tinggi diantara negara lain namun persyaratan yang ditetapkan otoritas China dalam hal ini adalah The General Administration of Customs of China (GACC) cukup banyak dan terperinci.
Sahat juga merekomendasikan agar ekspor sarang burung walet harus dalam kondisi bersih, bukan dalam bentuk bahan mentah (raw material) yang masih kotor. Karena hal tersebut justru dikhawatirkan akan merugikan pelaku usaha sendiri.
Oleh karena itu Sahat mendorong adanya kerjasama kemitraan antara pelaku ekspor dengan pengusaha yang belum dapat memenuhi standar. Ia juga berkomitmen bahwa Barantin akan terus memfasilitasi pemenuhan persyaratan karantina ekspor negara tujuan.
“Ini bukan hanya nilai ekonomi ekspornya, namun juga akan berdampak ekonomi bagi lingkungan, para pekerja yang hidup dari sektor sarang burung wallet. Oleh karena itu kita harus berdampingan, pelaku usaha ekspor, Barantin dan UMKM harus bersama-sama,” ungkap Sahat.
Sementara itu Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Jawa Tengah (Karantina Jateng) Sokhib, yang turut dalam kunjungan tersebut menambahkan, dari catatan sistem Best Trust Karantina Jawa Tengah memperlihatkan bahwa ekspor “emas putih” dari Jawa Tengah pada tahun 2024 sampai dengan Agustus sebanyak 33,5 ton atau 391 pengiriman. Sedangkan harga pasaran sarang burung walet ekspor sebesar Rp. 20 juta per kg, sedang untuk pasar China kisaran harganya adalah Rp 30 juta per kg. (wahid/ss)