Uji Coba Implementasi Makan Siang Bergizi
Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu melaunching program strategis pemberian makan siang untuk perbaikan gizi dan pencegahan obesitas atau Stroberi. (foto ; ist)
Pemkot Semarang Luncurkan Program STROBERI
Semarangsekarang.com (Semarang),- Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melaunching program Strategis Pemberian Makan Siang untuk Perbaikan Gizi dan Pencegahan Obesitas atau disingkat STROBERI di Kantor Kecamatan Mijen, Kamis (15/8/2024).
Program STROBERI merupakan gagasan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu bersama jajarannya. Ini dibuat untuk mendukung program pemerintah pusat dalam memberikan makan siang sehagt, bergizi, seimbang serta berbahan pangan sehat kepada siswa di sekolah. Sebagai pilot project, implementasi program STROBERI dilaksanakan di SD Negeri Ngaliyan 01 Kota Semarang.
“Kami mencoba karena pemberdayaan masyarakat melalui urban farming ini kan sudah merata di Ibu Kota Jawa Tengah,” ujar Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang.
Stroberi, menurut Mbak Ita selaras dengan program makan siang bergizi. Karena itu, Pemkot Semarang mencoba mengkolaborasikan pemberdayaan masyarakat lewat urban farming dengan kebutuhan-kebutuhan untuk program makan siang bergizi.
“Sebagai pilot project, adalah di kantor-kantor kecamatan dan kelurahan, karena telah dikembangkan urban farming sedari awal. Ternyata, di kecamatan Ngaliyan mempunyai program pertanian terpadu,” kata Mbak Ita.
Pertanian terpadu di kecamatan Ngaliyan sendiri, vberhasil mengembangkan dan membudidayakan berbagai peternakan dan pertanian. “Ada budidaya ikan, KUB telur dan ayam, budidaya jamur tiram, kemudian tanaman sayur dan buah lengkap,” papar dia.
Akhirnya, kata Mbak Ita, pihaknya mencoba mengkolaborasikan kebutuhan untuk program makan bergizi. Terlebih, lokasi kantor kecamatan berdekatan dengan SD Negeri Ngaliyan 01 Kota Semarang.
“Ini kan kerja bersama pemkot dan stake holder. Kami telusuri, ada panen apa di kantor kecamatan. Oh ternyata ada jamur tiram, telur, tomat sayur kemudian diolah menjadi makanan satu set menu yang sederhana tapi bergizi,” jelasnya.
Tak berhenti di sana, Mbak Ita juga menggandeng perwakilan siswa dari beberapa sekolah yang telah mengikuti Jambore Petani Cilik dan Remaja Tani untuk ikut serta dalam memasak menu bergizi.
“Menunya nasi gurih dengan protein nabati, jamur tiram dan tahu sup. Ada juga omelet hasil telur KUB yang semakin bergizi dengan memasukkan tomat hasil panen di kecamatan. Untuk buah, ada melon hasil panen dari Dinas Pertanian,” imbuh dia.
Ia mengakui jika menu yang disajikan bagi anak-anak tersebut adalah menu kekinian yang mudah dibuat namun gizinya terpenuhi. “Kita pilih makanan kekinian, tapi gizinya terpenuhi. Ada chicken cordon blue lengkap dengan salad. Ada Ramen yang mie-nya dari sawi hasil urban farming. Ini bentuk pemberdayaan di sekolah,” ujarnya.
Program STROBERI, lanjut dia, bakal diimplementasikan dengan mengangkat pemberdayaan masyarakat melalui urban farming dan menu sesuai kearifan lokal masing-masing.
“Kita sudah susun bukunya (menu makan siang bergizi, Red), sudah dapat untuk 3 minggu dan kami tambahkan menu dari hasil lomba anak-anak saat Jambore Petani Cilik. Kami sesuaikan dengan komposisi gizi. Bulan depan, kami launching buku menu siang bergizi,” terang dia.
Pihaknya bahkan telah menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan untuk satu set menu seharga Rp. 15.000,-. “Dengan pemberdayaan urban farming dan kearifan lokal, kira-kira bisa menghemat Rp 2.000,- per set menu. Inilah pentingnya kolaborasi PKK, kelompok tani, Gapoktan, Karang Taruna agar ekonomi bisa berjalan dengan memutus mata rantai distribusi pangan agar komoditi pangan lebih murah,” jelasnya.
Dengan adanya program STROBERI ini, kata dia, menjadi multiplier ekonomi tersendiri bagi masyarakat. Hal ini karena ibu-ibu yang memasak bisa mendapatkan penghasilan tambahan, kelompok tani mendapat keuntungan, dan tentunya bisa mewujudkan generasi emas sehat di 2045. (subagyo/ss)