Tanggul Laut, Harapan Warga Tambaklorok Bebas dari Banjir Laut Pasang
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bersama anggota DPR RI, Mochamad Herviano Widyatama ketika meninjau proses pembangunan tanggul laut di wilayah Kelurahan Tambakrejo. (foto: istimewa)
Semarangsekarang.com – Aktivitas warga Tambaklorok, Semarang Utara Kota Semarang berangsur-angsur terbebas dari bayang-bayang genangan rob. Gelombang pasang yang acap kali melanda Kelurahan Tanjungmas itu, mulai berkurang imbas dari pembangunan tanggul laut, yang kini sudah mencapai 62.
Hal itu diungkapkan oleh Slamet, Ketua RW 16 Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara. Menurutnya, pembangunan sheet pile atau tiang pancang yang berjalan signifikan itu telah membuat lega masyarakat dari ancaman pasang air laut.
Dia mengatakan, pembangunan tiang pancang sepertinya sudah berjalan separo lebih. Proses itu menurutnya, tak lepas dari perhatian Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
“Akhirnya kami sudah bisa tidur nyenyak, walaupun masih ada hal yang kurang, nanti insya-Allah bisa terpenuhi juga pengamanan Tambaklorok,” kata Slamet, Minggu (14/1/2024).
Walaupun belum 100 persen rampung, Slamet mengatakan manfaat sabuk laut benar-benar dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai. Seperti halnya aktivitas sehari-hari masyarakat tidak lagi terkendala rob.
“Jadi yang dulu sumber utama air laut masuk ke kampung dari Timur yang sekarang ini dibangun sabuk laut itu. Walaupun memang belum finish atau 100 persen selesai, tetapi sudah bisa kami rasakan manfaatnya,” katanya.
Pihaknya mengucapkan syukur atas perhatian lebih dari Wali Kota Semarang. Menurutnya, Mbak Ita sering meninjau lokasi pembangunan sabuk laut yang menjadi harapan warga.
“Walaupun diundur jadi Mei 2024 karena pembebasan lahan dari target akhir 2023, sebenarnya kami warga Tambaklorok dan Tambakrejo tetap bersyukur dengan perhatian Bu Ita,” katanya.
Termasuk harapan warga soal penambahan pemecah dan penahan ombak atau growing yang langsung direspons Mbak Ita. Dia menyebut, keluh kesah warga yang berprofesi sebagai nelayan itu langsung ditanggapi Mbak Ita dengan baik.
Pasalnya, perahu-perahu milik nelayan banyak yang rusak akibat hantaman ombak besar. Growing, kata Slamet, menjadi salah satu solusi melindungi perahu milik warga. “Sehingga perahu yang dibuat alat pencari nafkah tidak rusak. Ini juga untuk meningkatkan kesejahteraan hidup warga,” kata Slamet. (subagyo-SS)